Lasenas Mengenalkan Sejarah dan Kondisi Aceh

Minggu, 29 April 2018, April 29, 2018 WIB Last Updated 2018-04-29T04:16:00Z

Banda Aceh-Direktorat Sejarah dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bekerjasama dengan Pemerintah Aceh menggelar Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) dan Internalisasi Nilai Kebangsaan (Inti Bangsa) ke-16 di Provinsi Aceh dari 27 April hingga 2 Mei 2018. Acara dibuka di Anjong Mon Mata, Banda Aceh pada Jumat malam, 27 April 2018, dengan tema “Peran Guru dan Siswa Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Sejarah”.

Acara diikuti oleh ratusan peserta dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Adapun daerah yang akan dikunjungi tamu nusantara yang umumnya siswa setingkat SMA tersebut, meliputi Banda Aceh, Aceh Besar dan Sabang. Pantauan media ini suasana di Anjong Mon Mata, kursi yang tersedia penuh oleh peserta, dan tampak semarak dengan berbagai pakaian adat yang dikenakan masing-masing peserta. Pada saat sesi pagelaran tari tradisional Aceh, mereka antusias merekam lewat handphone dan memberikan tepuk tangan dengan meriah.

Stefano, salah satu peserta dari Papua mengatakan dirinya senang bisa mengunjungi Aceh sekaligus belajar sejarah. Dia sudah sering mendengar tentang Aceh yang sering dilanda konflik dan sejarah Aceh. Ketika tiba di Aceh dia menemukan masyarakat Aceh yang ramah dan damai.

Usai pembukaan ditemui media ini, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs. Laisani, M Si menjelaskan bahwa LASENAS dan INTI BANGSA merupakan kegiatan nasional tahunan. Diikuti 550  orang peserta dengan setiap provinsi mengirimkan rata-rata 10 orang. Tujuan utamanya peserta dapat melihat  dan mengkaji, serta menghasilkan berbagai karya tulis menyangkut nilai-nilai sejarah, hasilnya menjadi suatu dokumen sejarah, demikian paparnya.

“Bagaimana tokoh-tokoh Aceh, tentang hadirnya Kerajaan Islam di Aceh yang hadir pertama di indonesia. Inilah yang mereka mengkaji, menulis  dan ini dilakukan di seluruh tanah air. Ini menjadi suatu muatan khas di masing-masing daerah dan membandingkan nilai-nilai sejarah yang ada di Aceh, “ ujar Laisani.

Dengan acara ini sebutnya, dapat mengenalkan Syariat Islam yang di Aceh, sehingga masyakat luar Aceh lebih mengenalnya. Juga peserta dapat melihat bagaimana dahsyatnya gempa dan tsunami pada 2004 lalu. “mereka bisa melihat museum tsunami dan melihat bagaimana tentang hadirnya sebuah kapal apung di tengah Kota  Banda Aceh, sungguh sangat luar biasa, inilah sungguh kejadian alam yang bisa kita kaji, “ tuturnya.

Soraya
Komentar

Tampilkan

Terkini