Banda Aceh-Aceh berhasil
meraih 4 sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) selama tahun 2019. Karya
budaya yang berhasil masuk dalam WBTB tersebut meliputi Memek (makanan khas
Seumeulu), Gutel (makanan khas Gayo, Aceh Tengah), Silat Pelintau dari Aceh
Tamiang dan Tari Sining dari Aceh Tengah.
Kepala
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin menerima langsung sertifikat
WBTB untuk Aceh di Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta pada 8 Oktober
2019. Keempat WBTB 2019 yang diraih Aceh tersebut ditampilkan pada malam
Pertunjukan Drama Kolosal dan Malam Anugerah Seni (Warisan Budaya Tak Benda)
2019 yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh di Taman Seni dan
Budaya Aceh pada Sabtu malam, 30 November 2019.
Kepala
Bidang Bahasa dan Seni Disbudpar Aceh Suburhan SH, mengatakan bahwa pelaksanaan
penyerahan WBTB Indonesia mutlak diperlukan sebagai apresiasi kepada
daerah-daerah yang karya budayanya telah diakui sebagai WBTB Indonesia.
“Kita
harapkan semua tradisi kita gali lagi, tari yang mungkin selama ini sudah
menghilang atau tidak lestari lagi. Seperti Sining ini pertunjukkan perdana
yang kita lihat disini, yang dulu kita tidak tahu. Setelah digali oleh para
tokoh dan seniman di Aceh Tengah, akhirnya ditemukan Sining dengan foto-foto
pada zaman dahulu. Digali lagi akhirnya dapatlah beberapa tokon yang masih
mengingat Tari Sining, “ urainya.
Dia
berharap, warisan budaya tak benda yang sudah ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan agar lestari, maka upaya harus dikembangkan dengan
meminta kepada Pemda khususnya untuk melestarikan dan memberikan pendidikan
tentang tari-tarian, termasuk makanan supaya tidak digerus oleh makanan
moderen.
Kegiatan
penyerahan WBTB Aceh juga menampilkan Tangke Band dan Pertunjukan Kolosal (Teater Kolosal) yang
dipentaskan oleh sekitar 60 orang pemain dari dukungan penuh Sanggar Ceudah
Hatee dan Mustika Art Entertainment (MAE) juga beberapa seniman dan budayawan
Aceh. Teater kolosal yang dipentaskan mengambil latar peristiwa Aceh dari masa
ke masa, mulai dari masa Kesultanan Aceh hingga Aceh Pasca Tsunami 2004.
Soraya