Jantho - Tiba-tiba
Selasa pagi seorang teman menelpon,
mengajak ke Jantho, Ibu Kota Aceh Besar yang berjarak 55 kilometer sebelah timur Banda Aceh. kota yang terletak di perbukitan itu berada 12
kilometer ke arah tenggara Kecamatan
Seulimum.
Jantho adalah kota yang tak
kunjung berkembang sejak kota itu didirikan. Berbagai fasilitas kantor dan olah
raga yang dibangun, tak membuat kota itu
menjadi ramai. Perdagangannya pun sepi. Wisatanya juga sepi, walau di sana ada fasilitas wisata bernama
Gurun Lestari yang memiliki berbagai
koleksi hewan langka dari seluruh dunia.
Dari berbagai keterbelakangan Jantho ada satu yang menarik di kota
itu, yakni kulinernya. Ayam Kampong Kak Ni, menjadi trade mark Kota Jantho
dibidang kuliner, setiap pegawai yang bekerja di kantor pemerintahan kota itu, pasti pernah merasakan gurihnya menu Ayam Kampong Kak Ni.
Kak Ni adalah seorang wanita tua
yang sudah membuka usaha sejak 38 tahun lalu. Semula dia menyediakan kuliner
untuk sebuah pesantren. Namun sejak kantor pemerintahan Aceh Besar
dibangun, para tukang yang saat itu sedang bekerja membangun gedung DPRK juga
singgah di tempat Kak Ni untuk makan.
Sejak saat itulah perlahan
kuliner Kak Ni mulai dikenal, dengan sajian khas Aceh seperti gorengan ayam kampung,
daging beureukik sejenis burung seukuran merpati. Tersedia juga keumamah, peyek udang, gulai
khas Aceh, merupakan menu utama di warung milik wanita itu.
Kak Ni mengaku saat dia mulai
membuka usaha harga beras berisi 30 kg masih seharga 5000 Rupiah. Namun wanita itu
tidak pernah ingat berapa hasil rata-rata dari usaha kulinernya setiap hari Seperti hari ini, kata pekerjanya sudah memasak dua dandang nasi.
Saat ini kata Kak Ni, dia selalu memasok ayam 100 ekor, biasanya dalam dua hari ayam itu sudah habis disajikan sebagai kuliner ayam goreng dan sayur ayam. Begitulah kondisi rumah makan Kak Ni yang berada dihimpitan Kota Jantho.
Tarmizi Alhagu