Banda Aceh-Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Eksport, Kemendag RI, Marolop Nainggolan mengatakan, produk di Aceh cukup banyak yang potensial untuk masuk pasar eksport.
“ Jadi saya melihat
tinggal kemauan dan keinginan dari para pelaku usaha saja yang dibutuhkan
sekarang untuk mengeksportkan produk-produk potensial itu”, ujarnya.
Hal ini dikatakan
Marolop Nainggolan, di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Kamis (2/6/2022) menjawab
media ini usai memberikan materi kegiatan Export Forum Produk Unggulan Aceh
diikuti 30 pengusaha UMKM yang diselenggarakan Kemenperindag melalui Direktorat
Pengembangan Pasar dan informasi eksport,Dirjen PEN.
Karena Aceh sendiri,
tambah dia, terkenal dengan misalnya saja produk dari pertanian, dari
perkebunan, dari perikanan dan kelautan itu cukup banyak. Jadi silakan
dimanfaatkan potensi ini.
Marolop Nainggolan (kiri) dan Satria Wira (kanan)
“Tadi saya jelaskan
pasar di luar itu cukup besar. Untuk produk perikanan misalnya untuk Kanada,
Jepang dan Inggris itu terbuka lebar, jadi silakan dimanfaatkan. Saya kira juga
dipasar-pasar modern banyak peluang yang bias dimanfaatkan ”,katanya.
Direktur Informasi
Pasar dan Pengembangan Eksport juga mengajak para pelaku usaha UMKM di Aceh
harus tetap semangat.
“Saya kira sama dengan
yang lain, tetap semangat, tetap semanagat. Meskipun apa yang masalah di dunia,
masalah logistik dan sebagainya, bukan masalah Indonesia saja, seluruh dunia
bermasalah soal itu. Tapi kalau kita semangat bisa kita atasi masalah kita”,
ujarnya.
Diakuinya, meski
selama pandemik covid 19 sudah 2 tahun, akan tetapi ekport Indonesia malah
meningkat, malah banyak.
“Kan terbukti selama
pendemi ekport meningkat, Jadi saya pikir pelaku UMKM kita disini harus
semangat, pasti ada jalan keluar. Karena semuanya mengalami hal yang sama di
seluruh dunia, tentu semuanya memiliki kesempatan yang sama. Eksport sekarang
tetap terbuka, meskipun masih masa pendemi, pasti bisa kita mantapkan untuk
sebaik-baiknya untuk kepentingan kita”, urainya.
Dikatakannya,
pengusaha juga dapat memanfaatkan layanan Kemendag untuk kelancaran usahanya
baik melalui sarana online maupun melalui pameran yang difasilitasi kantor
kementerian.
“ Silakan berhubungan
dengan kami melalui email. Cscfkemendag.co.id silakan kirim email ke sana, apa
yang mau dicari informasinya, kalua bisa jawab langsung kami jawab, tapi
berikan waktu tiga hari kalau pertanyaannya cukup rumit. Tolong diberikan
informasi lengkap siapa yang menanya, perusahaannya apa, produknya apa, lokasi
dimana, supaya kami bisa lebih mudah menyapa”, katanya.
Kami juga membuka
layanan website Inaeksport.id, jadi silakan saja manfaatkan, karena layanan ini
terbuka untuk semua pekaku usaha, tidak dipungut biaya, kami memberi informasi
dari pasar dari luar negeri, supaya pengusaha bisa memanfaatkan. Dari Aceh juga
sudah ada beberapa yang saya kenal, memanfaatkan layanan ini, ujarnya.
Ketua Panitia
penyelenggra kegiatan Export Forum Produk Unggulan Aceh, Alkafia Aswandi
ditemui terpisah mengatakan, acara ini menghadirkan tiga orang pemateri dari
pemerintahan dan pengusaha dengan moderator, Satria Wira, Kepala Bidang
Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh.
Sedangkan pemeteri
yaitu Marolop Nainggolan, Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Eksport
Ditjen PEN Kementerian Perdagangan, Drh. Ibrahim, Kepala Stasiun Karantina
Kelas I Banda Aceh, Badan Karantina Pertanian, dan Farid Ismullah, Pelaku Usaha
( Pt. Draco Industrial).
Kepala Bidang
Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Satria Wira,
memaparkan necara perdagangan eksport Aceh tahun 2020 dan 2021 mengalami
peningkatkan yang sigifikan dan pihaknya terus berupaya meningkatkan di periode
ke depan.
Satria Wira
menyebutkan, produksi potensial Aceh untuk ekspor komoditi perkebunan adalah
kopi,kelapa sawit, kakao, pinang dan minyak astiri. Sedangkan produk perikanan,
komoditi ekportnya adalah sakalang, tpmgkol, tuna dan udang. “ Namun sangat
terbatas dengan promosi”, kata Wira.
Menurut Satria Wira,
pemerintah Aceh terus berupaya memotifasi dan mendorong pengusaha Aceh untuk
berkembang, “ Lokus utamanya adalah membantu pengusaha terus berkembang, Aceh
juga agak susah mencari buyer ( pembeli-red)”, katanya.
Dikatakannya,
pengusaha Aceh juga sudah 250 usaha yang mendaftar di layanan InaExport, namun
baru 80 usaha yang terferifikasi, lainnya belum melengkapi persyaratannya.
Pemateri lainnya, Drh.
Ibrahim, Drh. Ibrahim, Kepala Stasiun Karantina Kelas I Banda Aceh, Badan
Karantina Pertanian mengatakan, kehadiran karantina untuk melindungi produk,
misalnya dari masuknya penyakit, yang diatur dengan Undang-undang Nomor 21
tahun 2019. Ibrahim juga menegaskan, pihak karantina tidak membebani pengusaha
dengan biaya-biaya tambahan yang diluar ketentuan. “ Kalau ada petugas yang
memungut biaya tambahan telpon saya, kita sudah mengingatkan, harga-harga itu
jelas, tidak ada dibebani tambahan”, kata Drh. Ibrahim.
Sedangkan Ketua
Panitia, Alkafia Aswandi, yang juga Analis Perdagangan Ahli Muda Direktorat
Pengembangan Pasar dan informasi Eksport, Ditjen PEN megatakan, Di tengah mulai
melandainya pandemi Covid-19 dan mulai berpacunya kembali kegiatan
perekonomian, perdagangan Indonesia di tahun 2021 lalu tercatat surplus US$
35,33 milyar. Surplus neraca perdagangan ini didukung dengan meningkatnya nilai
ekspor non migas Indonesia pada tahun 2021 sebesar USD 48,58 milyar, meningkat
sebesar 83,07 % dari tahun sebelumnya 2020.
Lima negara yang
berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2021
antara lain RRT dengan nilai ekspor sebesar USD 51,10 milyar, disusul oleh
AmerikaSerikat USD 25,77 milyar, Jepang USD 16,87 milyar , India USD 13,05
milyar dan Malaysia USD 10,64 milyar.
“ Fokus utama dalam
upaya peningkatan ekspor adalah mendorong produk unggulan untuk dapat bersaing
dengan produk yang sama dari negara lainnya, oleh karena itu, Kementerian
Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN)
melakukan kegiatan forum diskusi untuk memberikan informasi yang relevan untuk
membantu pengembangan ekspor di Indonesia”, kata Alkafia.