Pariwara
Banda Aceh, InfoPublik - Kepala
Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian (Diskominsa) Aceh Marwan Nusuf
mengatakan Pemerintah Aceh terus melakukan berbagai upaya dalam menangani
hoaks. Setidaknya ada 8 ikhtiar yang dilaksanakan guna mencegah penyebaran
berita bohong di kalangan masyarakat Aceh.
Demikian disampaikan Marwan Nusuf
dalam paparannya dalam Webinar berjudul “PESAT Aceh: Kolaborasi Menangkal Hoaks
di Tanah Rencong” dalam rangka peluncuran dan deklarasi Paguyuban Ekosistem
Informasi Sehat (PESAT) Provinsi Aceh, Rabu (27/7/2022). Webinar ini
diselenggarakan oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) melalui
aplikasi zoom.
Kedelapan ikhtiar tersebut,
lanjut Marwan, yaitu mempublikasi konten nasional yang diperoleh dari saluran
komunikasi Kementerian Kominfo ke saluran komunikasi media sosial milik
pemerintah daerah. Kedua, mencetak suvenir berupa brosur, stiker, gantungan
kunci, dan lainnya serta diberikan kepada masyarakat pada saat ada kegiatan-kegiatan
Dinas Kominfo dan Sandi Aceh seperti bimbingan teknis, pelatihan, pameran, dan
lainnya.
Ketiga, membentuk grup satgas
media sosial yang berfungsi untuk mendiseminasikan program, kegiatan dan
keberhasilan Pemerintah Aceh. Keempat, memperbanyak pemberitaan positif
bekerjasama dengan SKPA lainnya untuk mendiseminasikan berbagai program dan
kegiatan SKPA melalui saluran komunikasi milik Pemerintah Daerah seperti
website, media sosial, media cetak, dan lainnya.
Kelima, memberikan edukasi kepada
masyarakat pada saat adanya kegiatan kedinasan seperti pada kegiatan Kelompok
Informasi Gampong, Media tatap muka, dan lainnya. Keenam, menyiapkan aplikasi
database hoaks dalam memantau berita hoaks melalui aplikasi
https://hoaxdb.acehprov.go.id.
Ketujuh, meneruskan aduan hoaks
masyarakat ke saluran Aduan konten milik Kementerian Kominfo. Kedelapan,
menyiapkan berbagai kanal aduan Hoax Masyarakat milik Pemerintah Aceh seperti
email aduankonten@mail.acehprov.go.id, website lapor.go.id dan sms ke 1708.
Menurut Marwan, ada beberapa hal
yang membuat masyarakat percaya berita hoaks. “Pertama, keterbatasan informasi,
bukan karena kita mudah dibohongi tapi karena keterbatasan arus informasi yang
datang,” sebutnya.
Penyebab selanjutnya yaitu
tingkat popularitas informasi. Ternyata pemberitaan yang terus menerus dapat
membuat manusia jadi tertutup pada kebenaran.
“Ketiga yaitu ketertarikan. Kita
lebih tertarik dengan berita hoaks karena topiknya yang menarik dan unik. Oleh
karena lebih mudah diterima,” ungkapnya.
Banyak korban hoaks, lanjut
Marwan, tidak sadar karena ada ruang gema atau Echo Chamber Effect. “Para
korban hanya mau mendengar yang sudah sepikiran, sehingga memperteguh sikap
mereka. Seperti gema suara ruang tertutup, pikiran yang berulang memperkuat
pandangan yang makin mengental dan ekstrem," kata Marwan.
Marwan berharap, masyarakat yang
hidup di era banjir informasi perlu memiliki kecerdasan dalam memilih dan
memilah informasi yang bermanfaat agar tidak gampang percaya dengan hoaks.
Semua stakeholders seperti
pemerintah, komunitas, private sektor dan lainnya, membuat berbagai program
untuk menggunakan internet secara bijak.
“Kolaborasi para pemangku
kepentingan di Indonesia sangat penting untuk meminimalisir penyebaran konten
negatif dengan peningkatan manajemen konten dan literasi digital,” imbuhnya.(MC)