Atrian Pembelian Sembako |
Banda Aceh - Dingin masih saja menusuk, orang-orang baru pulang dari
mesjid usai shalat subuh. Tapi pada sebuah persimpangan penuh sesak oleh kendaraan, jejeran sepeda motor diparkir hampir mengambil
sepertiga badan jalan, tepat di belakang Pendopo Gubernur Aceh.
Di depannya pada sebuah gedung Kantor Camat Baiturrahman sudah terlihat antrian panjang berlapis. Mayoritas
wanita paruh baya, mereka berdiri
berbaris ke arah timur, tidak tampak kemana objek yang dituju barisan itu.
Dari kejauhan hanya tampak atap
sebuah tenda dalam keremangan. Bagian bawahnya
terhalang pandangan oleh panjangnya barisan mak-mak. Di sanalah rupanya
ibu-ibu rumah tangga itu sedang mengantri sembako.
Pasar murah yang diadakan di depan Kantor Camat Baiturrahman, mungkin yang menjadi magnit kehadiran para wanita kesana. Mereka berupaya membeli beras, minyak goreng
dan telur di keremangan subuh.
“Harga beras satu sak sekarang
sudah 190 ribu pak,” ujar seorang wanita paruh baya sambil menggeleng kepala. Dari pasar murah dia berhasil membeli 2 kg minyak goreng, katanya.
Kondisi ekonomi Banda Aceh kini
dalam masa-masa paling buruk, para pedagang tidak berhasil menjual dagangannya
pada tingkat yang wajar. Terkadang penjualan sebuah toko hanya Rp 90 ribu/hari,
padahal untuk menyewa toko, mereka mengeluarkan kocek Rp. 100 juta/ tahun.
Sejumlah pedagang souvenir di
pasar Peunayong dan Pasar Aceh, mengaku
sangat ketergantungan pada turis. Tanpa kehadiran turis, dagangan mereka
tidak laku. Akibatnya diantara pedagang
ada yang tidak membayar barang, yang
sudah dipasok ke toko mereka oleh produsen dari UMKM.
Tarmizi Alhagu