Jejak Langkah lelaki Bersahaja

Minggu, 11 Februari 2018, Februari 11, 2018 WIB Last Updated 2018-02-19T11:52:28Z


Ermiadi Abdurrahman ST

Lahir disebuah desa di pesisir kota Lhokseumawe, Ermiadi kecil menghabiskan waktunya dikampung halaman hingga menjelang remaja.

Ermiadi yang lahir pada 2 Juni 1971 di desa Hagu Tengah, memulai masa kecilnya dengan masuk Sekolah Dasar Inpres Hagu Tengah, mendekati usia remaja dia melanjutkan ke SMP Negeri II Lhokseumawe di desa Hagu Selatan, hingga tamat SMA Negeri I Lhokseumawe dia masih berada dikampung halaman.

Melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dia diterima pada Fakultas Pertambangan Universitas Islam Bandung (Unisba) pada tahun 1990, bertepatan dengan tahun lulusnya dari SMA Lhokseumawe.

Tidak ada yang istimewa dari Ermiadi kecil, dia adalah sosok bersahaja dengan senyum melekat dibibir, senyum itu tak pernah lepas dari setiap langkah perjalanan hidupnya, bergaul terbuka dengan siapa saja.

Begitulah sosok Ketua Komisi I DPR Aceh itu dimasa kecil, tak pernah meninggalkan kampung halaman, hingga menamatkan SMA Negeri Lhokseumawe, jadi tidaklah heran kehidupan desanya Hagu Tengah begitu melekat dengan dirinya.

Dia mengenal semua orang, yang datang dan kembali  dari kampung halaman, maklum Ermiadi tidak pernah lepas dari para sahabat didesanya, dia selalu menatap jalan Darussalam, jalan yang dia tapaki disetiap pergi dan pulang sekolah, jalan tempat dia berkumpul dengan teman-temannya sepulang sekolah

Jadi tidak heran ketika mendapat kabar Ermiadi mengikuti Pemilu Legislatif  DPR Aceh pada tahun 2009, semua masyarakat Hagu dari tiga desa, Hagu Tengah, Hagu Selatan, Hagu Barat Laut satu kata, semua suara pemilu hanya untuk Ermiadi.

Begitupun ketika dia maju pada periode ke dua pada tahun 2014, suara itu tetap utuh, kepopuleran Ermiadi tidak hanya di Hagu, dia juga populer sampai ke desa tetangga yang berdekatan dengan tempat lahirnya.

Saking populernya nama Ermiadi di Lhokseumawe, pada Pilkada periode lalu dia direncanakan didaulat menjadi Wali Kota Lhokseumawe oleh para sahabatnya, ternyata kemudian dia memilih untuk tetap berkarya di Legislatif.

Lelaki yang tidak mengenal adanya musuh ini memulai perubahan hidupnya ketika melepas masa remaja, dia harus pergi jauh melanjutkan pendidikan ke kota Bandung, disana kemudian Ermiadi menjadi Ketua Asrama Aceh Cicendo.

Nama Ermiadi kemudian membuat semua orang yang mengenalnya kaget, ketika dia dengan tiba-tiba mengibarkan bendera Bintang Bulan, didepan Kedutaan Besar Finlandia-Jakarta.

Langkahnya itu kemudian membawa diri Ermiadi ke Timor Leste, selama beberapa tahun dia menetap disana sebagai Duta Besar Aceh untuk Timor Leste.

Sejak itu pembicaraan tentang Ermiadi semakin santer di Lhokseumawe, hampir semua rekannya menyimpan lekat semua rahasia tentang dirinya, tidak ada yang ingin terjadi sesuatu pada lelaki sederhana itu.

Sosok Ermiadi kini menjadi pembicaraan kembali, setelah DPR Aceh memenangkan gugatan atas pencabutan pasal-pasal UUPA oleh DPR-RI, sebagai Ketua Komisi I yang membidangi Hukum dan Pemerintahan, dia berada digaris depan dalam memenangkan perkara di Mahkamah Konstitusi Jakarta.

Tentu bukan persoalan mudah untuk mampu merebut kembali pasal-pasal UUPA yang ditanggalkan oleh DPR-RI, dia menempuh jalan panjang dan berliku, dengan terus berkordinasi dengan pimpinan DPR Aceh, menunjuk pengacara untuk memperjuangkan milik Aceh yang sangat berharga.

Usahanya membuahkan hasil dengan amar putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final, "saya sangat kecewa dengan sikap DPR-RI yang tidak berkonsultasi dengan DPR Aceh dalam perubahan UUPA, kedepan tidak boleh terjadi lagi hal seperti ini."

Diujung pembicaraan, dia menyampaikan perlunya pembuatan qanun administrasi penduduk Aceh tentang pemilihan Wali Nanggroe, nantinya akan ada sebuah formulir yang harus diisi tentang garis keturunan orang Aceh.

 "Untuk bisa memilih harus orang Aceh asli dan beragama Islam,  ini harus menunjukkan semua suku-suku di Aceh, baik dari garis keturunan Ayah atau Ibu."

Sementara untuk pemilihan Gubernur Aceh cukup dilakukan dengan identitas kependudukan (KTP), seperti yang sudah berlangsung selama ini, dia juga menyebut pemilihan Wali Nanggroe juga boleh diikuti oleh orang Aceh yang berada diluar negeri.

Tarmizi Alhagu

Komentar

Tampilkan

Terkini