Pelajar SMK Langsa Rebut Juara Debat Bahasa Inggris Seaceh.

Senin, 09 Maret 2020, Maret 09, 2020 WIB Last Updated 2020-03-09T13:17:42Z






Banda Aceh - Pelajar Kota Langsa keluar sebagai juara satu sekaligus merebut medali emas lomba Debat Bahasa Inggris jenjang SMK tingkat Provinsi Aceh tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Aceh sejak 5 hingga 8 Maret 2020 bertempat di Hotel Madinatul Azzahra, Kota Banda Aceh.

Trio pelajar SMK yang berhasil menyabet gelar juara pertama masing-masing tercatat atas nama Nora Azura (siswi SMKN 6 Kota Langsa), Rizka Marshanda (siswi SMKN 1 Kota Langsa) dan Fitri Anggun Dersila (siswi SMKN 3 Kota Langsa).

Atas keberhasilan itu, tiga pelajar SMK Banda Aceh itu berhak atas hadiah Rp 15 juta, medali emas dan piagam yang diserahkan Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Rachmat Fitri HD, MPA, pada penutupan lomba, Sabtu (7/3/2020) di Banda Aceh.

Sedangkan gelar juara II diborong trio pelajar dari SMKN Kabupaten Bener Meriah yaitu Nadia Gustiana, Desti Putri Meysinta, dan Ayu Lestari Ningsih. Mereka mendapatkan medali perunggu, piagam dan uang Rp 12 juta diserahkan Kasubbag TU pada UPTD Balai Tekkomdik, Drs Zulkarnaini.

Sementara untuk peringkat ketiga, lomba yang medali, piagam dan hadiah uang tunai sebesar Rp 9 juta itu dimenangkan trio pelajar dari SMKN 1 Takengon, masing-masing Hamdi Rizal, Afni Oktarita, dan Hilma Nabila.

Sedangkan juara harapan I diraih oleh pelajar SMK Kota Banda Aceh, juara harapan II diraih oleh pelajar dari Kabupaten Aceh Besar dan juara harapan III diraih oleh pelajar SMK Subulussalam. Kepada masing-masing pemenang tersebut diberikan hadiah berupa piagam dan uang tunai senilai Rp 6 juta (harapan I) , Rp 4.5 juta (harapan II) dan Rp 3 juta (harapan III).

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Rachmat Fitri HD, MPA, pada penutupan lomba mengatakan Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa asing yang paling banyak digunakan di dunia.  Bermacam lowongan pekerjaan disajikan dalam Bahasa Inggris, hingga wawancara pun dapat dilakukan dengan bahasa inggris.

“Hal Itu menandakan bahwa 80 persen keberhasilan berbahasa inggris merupakan karena skill (kemampuan) dan hanya 20 persen merupakan ilmu atau aturan. Siswa SMK harus memiliki kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Internasional agar mudah mengembangkan skillnya,” ujarnya.

Kadisdik menambahkan debat Bahasa Inggris ini merupakan salah satu wujud nyata dalam meningkatkan kompetensi siswa, menumbuh kembangkan budaya positif, memiliki keunggulan kecerdasan, keunggulan mental, termotivasi untuk selalu menjadi yang baik.

“Sehingga lomba ini dapat dijadikan sebagai wahana yang dapat memberikan peluang kepada para peserta untuk dapat berinteraksi dengan penuh rasa percaya diri dan merupakan sarana penyampaian komunikasi secara lisan maupun tertulis dengan baik,” katanya.

Lebih lanjut, Kadisdik mengatakan dalam ajang debat ini mengedepankan 2 skill yang lebih sulit dari 3 skill yang ada di dalam bahasa inggris, yaitu speaking (berbicara) dan listening (mendengar). Kesulitan didalam skill listening dapat dilihat dari masih minimnya nilai UN siswa pada skill tersebut setiap tahunnya.

“Untuk menjawab semua tantangan diatas maka  Dinas Pendidikan Aceh secara rutin melaksanakan kegiatan debat Bahasa Inggris ini sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah anak-anak ikuti,” jelasnya.

Sebelumnya, dalam laporan ketua panitia pelaksana yang disampaikan Muhammad Ridho, S.Pd, MSP menyebutkan adapun jumlah peserta debat Bahasa Inggris SMK yang hadir adalah 66 orang peserta dan pendamping 22 orang yang berasal dari 23 Kabupaten/Kota.

“Itu artinya hingga berakhirnya lomba debat Bahasa Inggris ini ada satu kabupaten yang tidak mengirimkan kontingennya yaitu kabupaten Aceh Barat Daya,” katanya.

Muhammad Ridho, S.Pd, MSP mengharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan daya saing antar peserta didik dan melatih kemampuan berpikir kritis untuk menyampaikan pendapat secara logis, analitis, dan sistematis.

“Semoga para peserta didik semuanya semakin termotivasi berbudaya belajar yang baik, termasuk berbahasa Inggris sebagai salah satu alat komunikasi internasional, baik ilmiah maupun non ilmiah,” tutupnya.                                          Red     
Komentar

Tampilkan

Terkini