Sawah Di Leupung Tidak Ditanami Padi Akibat Tak Miliki Saluran Irigasi Dan Kemarau Panjang.
Banda Aceh-Dampak kemarau panjang sawah di Leupung tidak ditanami padi, berada disisi kiri jalan nasional Banda Aceh-Meulaboh.
Ketika dilihat Jum, at, 26/9, kondisi sawah bekas dipanen, yang sudah lama terlantar, sudah tumbuh rumput hijau setinggi 25 centi meter.
Tidak ada saluran irigasi di lokasi itu, sawah terlihat dipagar dengan seng dari bekas drum aspal, yang dipaku diatas batang kuda-kuda.
Sawah di Leupung dan Lampanah Aceh Besar, memiliki kendala yang sama, bila tidak musim hujan, petani tidak dapat menanam padi.
Kondisi yang sama juga dialami banyak petani Aceh, yang sawahnya tidak memiliki saluran irigasi, di musim kemarau mereka berhenti menanam padi.
Petani Aceh belum memiliki pemahaman tentang pertanian modern, yang sawahnya tetap bisa di tanam padi, dengan menggunakan pengairan air bawah tanah.
Banyak negara Eropa menggunakan air bawah tanah, untuk pengairan sawah mereka, dengan cara membuat sumur bor lalu dialirkan dengan pipa ke sawah.
Mereka menanam pipa besi di sekeliling sawah, dengan membuat kran di lokasi yang ingin disiram, kran di dalam sawah bisa menyemprotkan air secara memutar, sehingga semua bagian sawah mendapat air yang merata.
Setelah panen petani Eropa tidak langsung menebar benih kembali, mereka membiarkan jerami membusuk, kemudian dibajak lagi dengan menebar benih rumput.
Rumput itu akan dipotong lalu dikemas dalam gulungan besar, diantar ke lokasi peternakan, untuk pakan sapi peternak.
Pola pertanian seperti ini lazim dilakukan petani Holland, Germany, Norway's dan Denmark.
Petani Aceh bisa mempelajari dari mereka, dengan melakukan study banding kesana, setidaknya ada pemangku kebijakan bidang pertanian padi, di kirim belajar ke negara Eropa.
Berbeda dengan kondisi di Leupung dan Lampanah, petani di Keude Bieng dan Lampisang justru sedang memanen, sawah mereka memiliki saluran irigasi yang memadai.
Tarmizi Alhagu.
