Iklan

Lampriet Pemukiman Plat Merah Pertama di Aceh

Selasa, 09 Maret 2021, Maret 09, 2021 WIB Last Updated 2021-03-30T01:16:07Z

 




Lampriet adalah sebuah sejarah, rentang jejak perjalanan Aceh sebagai sebuah propinsi terekam disana, karena dilokasi  inilah pertama dibangun pemukiman pejabat Aceh,  yang berasal dari pegawai-pegawai yang dibawa oleh Gubernur Ali Hasymi untuk membangun Aceh.



Mereka didatangkan dari Sumatera Utara dan beberapa daerah lainnya. Lamprit adalah pemukiman multi etnis pertama di Aceh, disini ada orang jawa, orang aceh, orang minang, orang batak dan berbagai etnis lainnya.


Mereka tinggal menurut kelompok pekerjaan masing-masing, yang bekerja di kantor Gubernur tinggal di jalan Gabus (sekarang jalan Ayah Hamid), yang bekerja dikantor keuangan di jalan Pari, Todak dan Bawal.


Para Guru di jalan Tenggiri, Salam dan jalan Mujair, Mereka inilah penghuni awal Lampriet, merekalah yang mula-mula menjadi pejabat di Aceh , sebelum organisasi pemerintahan berkembang seperti sekarang ini.



Semua itu berawal dari Ali Hasymi yang setelah diangkat menjadi Gubernur Aceh pada tahun 1957 mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, setelah  Abu Beureueh dan pengikutnya mengobarkan perjuangan Darul Islam, dia juga membawa para pegawai kantor Gubernur dan cerdik pandai Aceh ikut bersamanya.


Tokoh-tokoh seperti A.Gani Usman (Ayah Gani), Ayah Hamid, H.Abu Bakar Bireuen, Hasan Saleh, T.A.Hasan, Zaini Bakrie, A.G.Mutiara, Husen  Mujahid  dan banyak tokoh utama lainnya naik kegunung, berikut para tentara loyalis Abu Beureueh berjuang bersamanya.


Atas kekurangan pegawai itulah kemudian Gubernur Ali Hasymi berupaya mengumpulkan orang Aceh yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia, dibawa pulang ke Banda Aceh, namun semua orang Aceh yang pintar itupun belum cukup untuk kebutuhan pekerjaan di Propinsi Aceh.



Dibawa jugalah etnis non Aceh yang bersedia membangun Aceh dari berbagai daerah lain, karena mereka tidak memiliki tempat tinggal, maka Gubernur A.Hasymi membangun perumahan dikawasan Lampriet sekarang.


Kala itu ditahun 1957 kawasan Lampriet masih merupakan pelosok yang jauh dari pusat kota Banda Aceh, tanahnya berupa rawa yang direndam air sampai setinggi pinggang, dengan dibantu seorang kontraktor etnis tionghoa.kata Lukman generasi kedua Lampriet.



Pelaksanaannya diawasi oleh seorang wanita batak yang dikawal seorang aparat kepolisian bernama Muhammad Djamil.(beliau kemudian menjadi Bupati Aceh Tengah dengan pangkat terakhir Kolonel), ujar Zulkifli seorang warga Lampriet generasi kedua.


Dibangunlah perumahan Lampriet dengan master plain terbaik pada zaman itu, didepan rumah memiliki jalan yang luas, ada saluran pembuang didepan dan belakang rumah, lokasi untuk sarana ibadah dan pendidikan juga disediakan.





Rumah juga dibangun  dengan bangunan permanen, menggunakan batu bata tebal sebagai dinding, atap dibuat berbentuk Linmas, memiliki halaman depan dan belakang, hingga kini setelah lebih 60 tahun kekokohan rumah Lampriet masih teruji,  masih ada bangunan lama yang belum dirubah sampai kini, hanya  mengalami penambahan saja dibelakang dan dibeberapa sisinya.



Menurut Drs.Ramli Gani (putra tokoh Darul Islam Ayah Gani), meski dibuat sangat layak, rumah Lampriet tidak semua dihuni oleh pemiliknya, sebagian PNS yang memiliki kelebihan uang memilih menyewa rumah dikawasan Spordek, yang berada dipusat kota.


Kondisi itu dikatakan Ramli Gani sebagai akibat perumahan Lampriet berada terlalu jauh dari tempat mereka bekerja, dengan trasportasi sepeda pada masa itu, Lampriet masih menjadi kawasan yang sangat jauh ditempuh dengan mengayuh sepeda.


Menurut Lukman para penghuni Lampriet itulah yang menjadi ujung tombak pembangunan Aceh dimasa itu, baik dari sektor pendidikan, Infra struktur dan berbagai sektor lainnya, para guru-guru di Lapriet lah yang mengajarkan guru-guru lain untuk menjadi pendidik di Aceh semula.


Kala itu kata Lukman belum banyak organisasi pemerintahan seperti sekarang ini, yang ada hanya kantor Gubernur dan kantor P dan K,  selebihnya para tentara yang menjalankan pemerintahan, kata dia.


Asrama Dewan Revolusi.

Kemudian setelah perdamaian antara Darul Islam dan Pemerintah Indonesia pada tahun 1959, Para tokoh Darul Islam dan Komandan Bataliyon juga tinggal disana, disebuah asrama bernama asrama dewan revolusi, berada dibagian barat lamprit, kini lokasinya  tepat didepan Praktek dokter Cempaka Lima.


Pemerintah membangun dua barak untuk para komandan Darul Islam di Lamprit, lengkap dengan sarana olah raga berupa sebuah lapangan sepak bola, sarana umum lainnya, juga lahan untuk pertanian atau perkebunan yang berbatas dari rumah Manyor Hamdani (rumah dinas Bank Indonesia sekarang) disebelah timur hingga kedepan jalan SMA 3 sekarang, dari depan berbatas dengan jalan Teuku Nyak Arief hingga ke jalan Gabus.


Pembangunan asrama dewan revolusi untuk tentara Darul Islam adalah sebagai kompensasi perdamaian dari pemerintah Indonesia, diberikan setelah kedatangan Mr.Hardi ke Banda Aceh pada tahun 1959, setelah perundingan panjang antara tokoh DI/TII A.Gani Usman (Ayah Gani) dan Hasan Saleh dengan permerintah Indonesia.


Pada tahun 1963 Bupati Aceh Besar Tgk.Zaini Bakrie melakukan kembali penjualan tanah untuk para perwira TNI saat itu, dengan batas dari perumahan dinas Lamprit disebelah timur hingga ke jalan Kumera 1 sekarang disebelah barat. Disanalah kemudian para pejuang kemerdekaan membangun rumah mereka.

 

Begitulah kisah awal mula perumahan Lampriet yang kini berubah menjadi kawasan elite sebagai tempat tinggal mantan pejabat, dari Gubernur hingga pejabat dibawahnya.


Kini Lampriet telah merubah sedikit aura utamanya, kawasan itu tidak hanya ditinggali oleh keluarga mantan pejabat, sudah banyak penghuni baru ikut tinggal dikawasan itu, sebut saja pengusaha kaya Aceh seperti Lukman Kande Agung membeli rumah dijalan Bawal, Toke Ali Sinar Desa membeli rumah di jalan Todak,  mantan Bupati Aceh Utara Tarmizi A.Karim membangun rumah di jalan Todak.


Masih banyak pejabat-pejabat yang kemudian menjadi orang kaya ikut membeli rumah di Lampriet, mereka bertebaran di jalan Bawal, jalan Todak, Jalan Mujair, demikian juga orang-orang kaya baru yang kini mampu membeli rumah di Lampriet menjadi penghuni kawasan elite itu pada masa sekarang.

 

Tarmizi Alhagu.

Komentar

Tampilkan

Terkini