Kepala BLUD UPTD BTNR drh. Yessy Fandipa, MM.
Banda Aceh- Kehadiran Pabrik Pakan Ayam di Aceh tampaknya masih jauh dari kenyataan. Sejumlah persoalan dari mulai ketersediaan bahan baku hingga operator pabrik, menjadi kendala utama, demikian keterangan yang diperoleh dari Pejabat Dinas Peternakan Aceh Kepala BLUD UPTD BTNR drh. Yessy Fandipa, MM pad Senin (21/08) di Banda Aceh.
Konsentrat
adalah bahan baku utama yang paling dibutuhkan untuk memproduksi pakan ayam,
kata Yessy Fandipa, melalui seorang staf
wanita UPTD BTNR yang membidangi pakan.
Kata dia,
konsetrat itu berupa tepung tulang, tepung daging, tepung darah, tepung bulu
yang kini belum diproduksi di Aceh. Semua harus didatangkan dari Medan. “ Harganya pun pakai dolar, masih mahal, " jelasnya.
Disebutkan konsetrat diproduksi diluar negeri, tetapi di pasaran Medan bisa dibeli. Bahan baku utama lainnya adalah jagung dan dedak serta bungkil kedelai. Bahan baku ini ada tersedia di Aceh. Tetapi jagung sulit ditemukan karena sudah dijual ke perusahaan luar oleh petani, sementara kedelai harus didatangkan juga dari luar, jelas staf Yessy Fandipa.
Untuk jagung
dibutuhkan yang kadar airnya hanya 14 persen, baru sesuai dengan kebutuhan pakan ayam, itu yang sulit ditemukan, lanjutnya. “Jagung
menjadi bahan baku utama dengan komposisi sampai 50 persen dari bahan baku, " imbuhnya.
Bisa Saja Aceh Punya Pabrik Pakan
Meski begitu, mereka tidak menafikan kemungkinan membuat
pabrik pakan ayam di Aceh, karena sejatinya bahan baku konsentrat juga ada. Seperti darah yang tersedia di rumah potong hewan, bahan baku tulang dan ikan
juga banyak di Aceh, tambahnya.
"Hanya saja
untuk memproduksi konsentrat itu harus melalui prosedur yang rumit, harus
sesuai dengan peraturan. Itulah yang
masih menjadi penyebab masih belum bisa bikin pabrik di Aceh, " paparnya.
Yessy Fandipa
sendiri mengakui pembelian bahan baku yang sedikit akan lebih mahal, biaya
untuk operator pabrik juga tinggi, itulah yang menjadi alasan BTNR belum
membuat pabrik pakan ayam.
Padahal UPTD
BLUD BTNR sendiri menyebutkan mahalnya pakan ayam, yang harus didatangkan dari
Medan. Untuk memberi makan sekitar 50 ribu ayam petelur mereka yang berlokasi
di Saree dan Blang Bintang.
Faktor
tingginya harga pakan itu sangat membebani produksi ayam petelur dari UPTD Saree
dan UPTD Blang BIntang, yang berakibat menipisnya keuntungan yang didapat, jelasnya lagi.
Persoalan
pakan ini tidak hanya dialami oleh UPTD BLUD BTNR, masyarakat biasa yang
memiliki usaha yang sama, juga terimbas oleh tingginya harga pakan. Tidak hanya
untuk ayam petelur, ayam pedaging dan budidaya itik mengalami hal yang serupa.
Hanya satu
solusi untuk Aceh, pemerintah harus segera membuat pabrik pakan ayam dan itik
di Aceh. Bila tidak ingin transaksi keuangan dari daerah ini mengalir ke tempat
lain, yang bakal berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat.
Tarmizi Alhagu.