Ketua BKM Mesjid Baiturrahim Ulee Lheu Bersama Bupati Aceh Besar Terpilih Syech Muharram |
Banda Aceh - Sebuah suara memanggil cepat, saya berpaling melihat dari mana datangnya. Tampak sekumpulan pria tduduk di beberapa meja bagian depan warkop. Di sisi depan Mesjid Baiturrahim, Ulee Lheu, saya belum begitu jelas melihat dari siapa suara itu berasal.
Suara itu memanggil lagi, barulah terlihat asalnya datang dari seorang lelaki, mantan Keuchik Cot Lamkueweuh, Anggota BKM Masjid Baiturrahim. Saya mendekat ke arahnya, tiba-tiba dia memperkenalkan dengan seorang pria, kenalkan “Ini Syech Muharram,” katanya.
Saya
mengangguk, "sudah kenal", kata saya. Padahal itulah kali pertama
saya bersalaman dengan pria yang terpilih sebagai Bupati Aceh Besar itu. Bertemu
baru dua kali, setelah beberapa minggu lalu saya melihat dia bersama BKM Masjid Ulee Lheu di halaman depan.
Keuchik Cot Lamkueweuh yang popular dipanggil Pak Ceko, meminta saya mengambil gambar. Jepret, jepret, beberapa kali ke arah orang-orang penting itu. Saya mencoba fokus kepada Syech Muharram, karena Pak Ceko meminta dibuatkan berita juga.
Judulnya ini, kata pak Ceko. Saya pun menjawab tidak usah pakai judul. Karena bila dia sudah memesan judul, betapa ribetnya kita, harus menyusun kata demi kata, mengikuti judul pesanannya mantan Keuchik Cot Lamkueweuh itu.
Keuchik Cot Lamkueweuh ini teman saya dari masa remaja. Kami satu sekolahan, dia salah satu siswa paling popular di sekolah. Dengan style yang melintasi zaman, rambut merahnya yang dicat, membuat anak sekolahan SMAN 5 Banda Aceh, merekam dalam ingatan.
Saya memang tidak melakukan wawancara terhadap Muharram, sebagaimana banyak tulisan saya memang lahir tidak melalui hasil wawancara. Hampir semua dari hasil pengamatan, jadi saya hanya mendengar saja pembicaraan mereka.
Ternyata Pak Ceko dan Muharram yang merupakan Ketua BKM Mesjid Baiturrahim, Ulee Lheu, sedang serius membahas tentang renovasi masjid. Pria mantan Panglima GAM Aceh Besar, Banda Aceh dan Kota Sabang ini, meminta beberapa bagian direvisi pada bagian cat, dia memberi usul untuk memberi dominasi pada warna putih.
Begitulah sekilas saya mendengar pembicaraan mereka, dengan Muharram Idris, yang baru pertama kali bertemu langsung dengan orangnya. Meski itu pertemuan pertama, saya mengetahui banyak tentang sosok pria ini, saya mengenal beberapa anggota keluarganya. Saya tahu dia memiliki nama keluarga Al Ghazi, salah satu nama dari diaspora Turkey yang ada di Aceh.
Muharram adalah cucu Tgk. Chiek Di Bitai, seorang Laksamana Turkey yang dikirim Sultan Selim II ke Aceh. Selama perjuangan Aceh Merdeka, dia sering berwira-wiri di Kampung saya Kecamatan Kuta Baro. Beberapa anggota keluarga saya berteman dengannya.
Itulah Muharram
Idris, seorang diaspora Turkey yang terpilih sebagai Bupati Kabupaten Aceh
Besar. Dia memenangkan suara dari rivalnya dengan basis pemilihan XVII Mukim,
dari Peukan Bada hingga Mukim Lhoong, Aceh Besar.
Tarmizi Alhagu.