Iklan

Mengintip Stavanger Kota Mahal di Norwegia

Minggu, 11 Februari 2018, Februari 11, 2018 WIB Last Updated 2018-10-07T17:14:09Z






Centrum (Pusat Kota Stavanger) Norwegia



Langkah santai wanita-wanita muda berambut pirang melintasi sebuah taman dikawasan Centrum, pusat kota Stavanger, sebagian bergegas dalam balutan jaket tebal, udara dingin mengelus hingga kerelung tulang menjadi biasa buat mereka.

September masih dalam musim panas di Eropa,tapi udara dingin membuat saya harus menggunakan pakaian berlapis-lapis, dengan jaket yang juga berlapis,  " kata sebagian warga tidak ada musim panas di Stavanger tahun ini, udara terasa sangat dingin."
Foto Tarmizi Bey.
Dermaga kapal kota Stavanger.

Seminggu lagi musim gugur akan tiba, dari sekarang hembusan angin terasa lebih kencang, daun-daun mulai banyak berguguran, hujan datang menyapa hampir tiada henti, melebihi curah hujan di kota Bogor.

Musim panas dengan 14 derajat celcius tidak biasa bagi saya,  siang yang panjang dari pukul 04:50 hingga pukul 22:00 saat matahari tenggelam, memutar balik runitas hidup, malam yang pendek mengharuskan saya terbangun saat baru saja terlelap tidur, untuk segera shalat Shubuh.
Foto Tarmizi Bey.
Kawasan Kuliner.

Stavanger adalah sebuah cerita lain, cerita yang tidak biasa, sebuah ritme kehidupan berbeda dengan belahan dunia lainnya, adalah kehidupan biasa bagi warga dibahu kutub utara ini.

Pada musim dingin udara Stavanger menjadi sangat ekstrem, bisa berada minus 16 derajat celcius, dinginnya membuat telapak kaki serasa beku, terkadang ditusuk pakai jarumpun tidak terasa.

Kota Aneh.

Kota ini mengalami pergantian waktu yang sangat ekstrem, terkadang malam hanya 5 jam saja, tetapi diwaktu lain siang hanya 5 jam, matahari terkadang enggan keluar, hanya bergerak seperti jarum jam dari pukul 11 ke pukul 12 kemudian menghilang.

Diluar  musim panas sungguh sangat sulit untuk melihat matahari,  aurora menutupi pancaran sinar, sepintas mirip kabut pelangi di Indonesia.

Begitulah aktivitas masyarakat dikota Stavanger, mereka memiliki jumlah penduduk sekitar 130 ribu jiwa, dengan pendapatan perkapita sekitar 65 juta rupiah sebulan.

Kota ini terletak ditepi pantai, dengan topografi kota berbukit-bukit, curah hujan yang tinggi setiap tahun, bahkan pada musim panas  saat inipun curah hujan tetap tinggi.

Stavanger adalah kota ketiga terbesar  di Norwegia, setelah Ibu kota Oslo dan kota Bergen, memiliki fasilitas  lengkap sebagai sebuah kota modern, mulai dari sarana kesehatan, pendidikan, hingga air kran yang langsung bisa diminum.

Terletak 14.600 kilo meter dari kota Banda Aceh, perlu tiga kali transit untuk mencapai kota ini, mulai dengan menumpang Air Asia ke Kuala Lumpur, lalu menempuh penerbangan selama 13 jam Kuala Lumpur-Amsterdam, selanjutnya menumpang Skandinavia Air ke bandara Sola Airport.

Sepintas kota Stavanger  terlihat sepi, bahkan hampir tidak terlihat aktivitas pemerintahan, karena tidak ditemukan pegawai dengan seragam pegawai negeri disini, hanya kantor polisi, rumah sakit, rumah sekolah, yang masih memperlihatkan aktivitas pemerintahan.

Foto Ainal Ismail.
Suasana musim gugur ditepi danau pusat kota Stavanger
Warga dikota ini jarang terlihat  dijalanan, mereka diluar aktivitas kerja dan pendidikan, selalu berada didalam rumah, udara dingin menjadi penyebab minimnya aktivitas diluar rumah, pusat-pusat pertokoan diluar musim panas selalu melakukan aktivitas didalam ruangan.

Malam hari Stavanger menjadi kota yang sangat sepi, hampir tidak ada manusia yang melintas, jikapun melintas tentu dengan persiapan pakaian berlapis-lapis, meski begitu toko-toko kuliner tetap buka hingga larut malam.

Foto Tarmizi Bey.
Rumah kayu.

Rumah penduduk umumnya dibangun berkonstruksi kayu berlantai satu, dua dan tiga, jarang sekali terlihat rumah dengan kontruksi permanen, kecuali gedung perkantoran, sekolah, kampus, rumah sakit dan pusat perbelanjaan.

Birokrasi kependudukan diurus oleh sebuah lembaga Pemerintahan yang bernama Komune (Walikota ), memiliki perangkat kerja bernama Nav, yang membidangi berbagai bidang aktivitas penduduk,  dibawahnya ada lembaga bydel setingkat Kecamatan.

Tidak ada intansi teknis dikota ini, seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas pekerjaan umum, seperti lazimnya di Indonesia, semuanya ditangani oleh Komune dengan Nav sebagai pelaksana.

Stavanger memilik sebuah pengeboran minyak besar yang dikelola oleh pemerintah,saat ini berhenti beroperasi akibat turunnya harga minyak dunia.

Warga Norwegia Pengemudi Terbaik  Dunia.

Urusan berlalulintas sangat tertib, dengan kamera perekam berada disemua ruas jalan, hampir tidak pernah terjadi pelanggaran lalulintas, karena setiap pengemudi memiliki kemampuan menguasai kenderaan yang sangan baik.

Mengemudi kendaraan di Norwegia harus mengikuti aturan berlalu lintas yang sangat
ketat, setiap ruas jalan memiliki plang penunjuk berapa kecepatan untuk memacu kenderaan, meski demikian melaju dengan kecepatan 130km/jam merupakan hal lazim di Norwegia.

Sedikit saja melanggar, izin mengemudi langsung dicabut, pengemudinya juga berisiko menerima hukuman penjara.

Kerja Disediakan Pemerintah.

Warga kota Stavanger memiliki pekerjaan yang beragam, pekerjaan remeh temehpun memiliki penghasilan sangat tinggi dikota ini, jadi tidak heran misalnya pengantar koran menunggangi mobil buatan Jerman Mercedes Benz.

Pemerintah memungut pajak yang sangat tinggi, mencapai 36 persen dari penghasilan, namun pelayanan sosial diberikan lebih tinggi lagi, kesehatan dan pendidikan digratiskan, warga yang tidak memiliki rumah diberikan rumah, yang tidak memiliki penghasilan diberikan uang sosial, yang tidak memiliki pekerjaan diberikan pekerjaan.

Pelayanan sosial yang lengkap inilah membuat warga kota Stavanger enggan jauh dari kota ini, selain juga kotanya yang sangat bersih dan air kran langsung bisa diminum, dengan panorama alam yang sangat indah dan fasilitas terowongan bawah laut menuju luar kota.

Foto Tarmizi Bey.
Terowongan Bawah Laut Kota Stavanger.


Kota Mahal.

Hidup disebuah kota dengan harga-harga yang mahal bukanlah perkara mudah, apalagi bila kebutuhan pokok begitu tingginya,  begitulah yang terjadi dikota Stavanger Norwegia.

Foto Tarmizi Bey.
Ikan Laks disebuah Supermarket.
Gambar mungkin berisi: makanan

Harga barang-barang disini sungguh tidak terjangkau dalam hitungan rupiah, sebotol aqua sedang saja seharga 15, 90 kron, dengan kurs 1680 rupiah.

Dengan harga selangit begitu menjadikan mayoritas turis yang datang ke Stavanger tidak berbelanja, mereka datang dengan kapal pesiar mewah, berkeliling, lalu pergi lagi.

Foto Tarmizi Bey.
Harga buah.

Namun tidak demikian dengan  warga Stavanger, harga tinggi seperti itu adalah biasa, maklum saja, penghasilan rata-rata mereka 65 juta rupiah/bulan.

Hal yang berbeda akan terjadi bila warga Stavanger berkunjung ke negara lain, misalnya ketika mereka ke Swedia, pulangnya pasti membawa belanjaan yang sangat banyak, "maklum dinegara tetangga harganya lebih rendah."

Stavanger dikenal sebagai kota minyak, semua yang ada dikota ini sangat mahal, bahkan lebih mahal dari harga barang yang ada di ibu kota Norwegia, Oslo.

Tarmizi Alhagu


Komentar

Tampilkan

Terkini