Peluang Besar Ahli Konsultan di Aceh

Sabtu, 21 Juli 2018, Juli 21, 2018 WIB Last Updated 2018-07-21T12:58:48Z

Banda Aceh-Persatuan Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Pertahkindo) Aceh menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) pertama di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh pada Senin, 16 Juli 2018. Acara tersebut diikuti 50 peserta anggota tenaga ahli konsultan dari seluruh Aceh.

Yudi Kurnia SE terpilih sebagai Ketua Pertahkindo Aceh untuk periode pertama. Dia terpilih secara aklamasi, setelah anggota Musda menunjuk dirinya secara langsung sebagai ketua. Aceh sendiri menjadi provinsi ke 8 dibentuknya Pertahkindo daerah.   

Yudi yang ditemui media ini mengatakan bahwa tenaga-tenaga ahli yang bergerak di bidang jasa konstruksi, maupun konsultan konstruksi perlu ditingkatkan kapasitasnya. Ditambahkannya dari sisi sumber daya manusia, akan dibuat pelatihan untuk peningkatan keterampilan.

“Potensi tenaga ahli konsultan di Aceh sangat besar sebenarnya, apalagi dalam regulasi pemerintah ke depan setiap pelaksanaan pekerjaan memakai tenaga-tenaga ahli yang harus memiliki sertifikat keahlian. Pertahkindo hadir untuk sama-sama memberikan sertifikasi dalam rangka meningkatkan kapasitas tenaga ahli, “ ujarnya.


Kegiatan Musda I Pertahkindo Aceh dibuka langsung oleh  Plt Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah  MT. Dalam sambutannya Nova mengatakan turut mendukung Pertahkindo Aceh dengan memberikan arahan untuk meningkatkan kemampuan profesional, khususnya dalam bidang infrastruktur. Lebih lanjut dia menyebutkan peningkatan profesional merupakan bagian dari inovasi, untuk melahirkan sesuatu yang baru bagi jasa konstruksi.

Sementara itu, Ketua DPP Pertahkindo Aris Wimaruta, memaparkan agar tenaga ahli konsultan ke depan memiliki sertifikat SKT, sebagai syarat untuk bekerja di instansi pemerintah maupun swasta. Menurutnya adanya serfitikat dapat menunjukkan kualifikasi bagi peningkatan kapasitas seseorang, ada jenjang kualifikasi dan memiliki standar kapasitas, sehingga memiliki posisi tawar lebih tinggi.  

“Harapannya Pertahkindo Aceh bisa berpartisipasi membantu masyarakat profesional minimal SLTA dan sarjana ke atas, bersertifikat tenaga ahli dan tenaga terampil, pembinaan untuk jenjang karir. Tenaga ahli di Aceh perlu dikembangkan pada era digital, perlu keahlian, maka ke depan ini perlu usaha yang siap berjuang, hingga ke taraf internasional, “ urainya.

Soraya


Komentar

Tampilkan

Terkini