Ingin Produk Rotan Diekspor

Selasa, 27 Maret 2018, Maret 27, 2018 WIB Last Updated 2018-04-05T11:22:09Z
Ferdiyanti 




Banda Aceh-Kawasan Aceh Besar memiliki sumber daya alam yang berkualitas baik. Masyarakat memanfaatkannya sebagai sumber ekonomi untuk diolah menjadi produk kerajinan. Seperti yang dilakoni oleh Ferdiyanti, yang sejak kecil sudah mahir membuat berbagai bentuk barang kerajinan dari rotan. Keterampilan ini diperolehnya secara turun temurun, karena kawasan tempat tinggalnya di Desa Lamgaboh Kecamatan Lhoknga merupakan salah satu sentra penghasil produk rotan cukup terkenal di Aceh Besar.

Namun Yanti demikian sapaan akrabnya, baru benar-benar menekuni mengolah rotan sebagai sumber ekonomi keluarga sejak 2007. Jika dirunut ke belakang kisah perjalanan hidup ibu 4 orang anak ini memang berliku. Wanita hitam manis ini bertutur tentang perjuangannya mengembangkan produk rotan ketika ditemui Moslem beberapa waktu lalu saat menggelar aneka produk rotannya di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.

Sebelum menekuni usaha sebagai perajin rotan, Yanti sempat menjadi sopir mobil bak terbuka untuk mengangkut kayu. Pekerjaan ini terpaksa dijalaninya karena saat itu dia ditinggal suaminya yang menikah lagi, dan harus menghidupi 2 orang anaknya yang masih balita. Tidak ingin menyerah dengan pahitnya kehidupan, ia bekerja keras walau harus membawa serta anaknya saat mengemudi.

Hingga usai tsunami wanita lulusan SMA ini menikah lagi dengan suaminya saat ini. Suatu ketika ada pesanan produk rotan, karena memang ia sudah dikenal pintar menganyam rotan. Saat itulah suaminya menyarankan agar dia fokus mengembangkan kerajinan rotan.

Sejak itu Yanti serius merintis usaha rotannya dengan modal seadanya dan dibantu PLUT Aceh Besar. Pesanan memang tidak pernah banyak namun stabil, hingga bisa mengikuti pameran di Cirebon, Tasikmalaya dan Tangerang.

Produk yang paling banyak dipesan adalah tudung saji besar dan keranjang pakaian. Seiring berjalannya waktu Yanti merasakan pendapatannya tidak kunjung meningkat. Meski sudah membuka kios di pinggir Jalan Banda Aceh – Lhoknga namun penjualannya cenderung sepi. Ia menduga penyebabnya karena tidak ada tempat parkir dan sedikit terhalang pohon.

Bahan Baku Semakin Sulit 
Namun begitu setiap hari dirinya tetap memproduksi 2 tudung saji, baik untuk memenuhi pesanan pelanggan juga dijual ke penampung. Jika untuk membuat produk lain seperti tudung saji kecil, vas bunga, tempat sendok dan keranjang buah bisa menghasilkan 10-20 buah per hari dengan dibantu putrinya. Jika tidak terjual demi memenuhi kehidupan sehari-hari ia menjualnya ke penampung dengan harga murah.

Selain itu kendala yang kerap dihadapinya yakni kesulitan mendapatkan bahan mentah rotan. Apalagi dia mendengar pengepul rotan lebih suka menjualnya ke daerah luar. Padahal setahunya pemerintah sudah melarang menjual bahan baku, namun harus diolah terlebih dahulu.

Hal ini membuatnya khawatir akan menganggu keberlangsungan usahanya. Akibat keterbatasan modal ia tidak bisa membeli dalam jumlah banyak. Ketika bahan baku rotan melimpah ia ingin membeli banyak namun tidak mampu. Dengan putaran modal yang diperoleh secara harian, Yanti hanya bisa membeli bahan sekitar 30 Kilogram dengan harga Rp300 ribu.

Selama menjadi perajin rotan dirinya bersama kelompok usaha yang terdiri atas 25 orang pernah mendapatkan peralatan pengolahan rotan. Alat tersebut berfungsi untuk menghaluskan batang rotan, dengan tujuan untuk menghasilkan tas rotan seperti produk asal Jogya. Tapi sayangnya tidak berjalan, karena kurangnya kemampuan anggota perajin menggunakan alat tersebut. Selain itu juga tas yang dihasilkan kurang peminatnya di Aceh. Sementara setiap hari mereka butuh pemasukan. Akhirnya perajin tetap lebih suka membuat tudung saji, dan pesanan lainnya karena lebih cepat laku.

Produknya Alami
Menurut Yanti tudung saji buatannya banyak diminati karena rapi, dan bahan rotan yang digunakan masih alami. Sama sekali tidak menggunakan bahan tambahan apapun sehingga aman digunakan untuk menutup makanan. Bahan baku rotan yang digunakan tidak mengalami perlakuan apapaun. Rotan usai dijemur 3 hari langsung dijalin menjadi tudung saji secara manual.

Selain itu dia menjelaskan kualitas rotan produknya bisa tahan lama, asalkan tidak terkena air dan lembab. Permintaan meningkat biasanya pada saat puasa, Lebaran dan musim Maulid. Pada saat Maulid pesanan paling banyak ialah keranjang daging. Bahan baku yang digunakan berasal dari Pulot Leupung dan Pulo Aceh.

Pengetahuan Yanti tentang jenis rotan patut diapresiasi. Dia paham setiap jenis rotan memiliki karakteristik masing-masing, dan bisa menentukan produk yang cocok untuk dibikin. Dia juga menerangkan bahwa rotan Aceh jenis slimit merupakan rotan paling baik dan termahal di dunia.

Yanti mengaku untuk menghidupi keluarga dan membayar kredit mobil dia membutuhkan pemasukan minimal Rp200 ribu setiap hari. Mobil pick up yang dibelinya sangat bermanfaat untuk membawa produk rotannya. Karena itu ketika sepi dia berkelana mencari pembeli, bahkan pernah hingga ke Pasar Jeuram di Nagan Raya.

Termasuk setiap Minggu usai shalat subuh langsung berangkat untuk berdagang di pasar kaget di Blang Padang. Ia mengungkapkan harga jual di Blang Padang lebih murah. “Yang penting terjual bisa balik modal dan ada sedikit untung, karena sudah jauh-jauh membawanya, “ ujar Yanti sambil terus menjalin rotan. 

Keterampilannya menganyam rotan juga dibagikan kepada orang lain. “Saya senang ketika ada orang yang ingin belajar. Jika berminat biasanya cepat bisa, “ paparnya. Biasanya anak-anak sekolah yang berminat belajar di rumahnya, dan yang lebih cepat bisa anak laki-laki. Sayangnya yang lebih rajin mengembangkan adalah kaum perempuan, jelasnya.

Harapannya kepada pemerintah agar bisa membantu pemasaran produk rotan dari kampungnya bisa dieskpor, sehingga bisa meningkatkan taraf hidup hidup perajin rotan. Menurutnya memang ada pihak yang ingin membantu permasaran usaha rumah tangganya. Namun terkendala dengan belum adanya izin usaha dan NPWP. Jika bisa diekspor setidaknya dia mendapatkan pendapatan yang stabil, tutup Yanti.

Soraya.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Seputar%20Nanggroe

+