Banda Aceh-Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar Pembukaan & Gala Dinner Rapat Koordinasi Nasional Permuseuman Indonesia di Anjong Mon Mata Banda Aceh pada Senin malam, 7 Mei 2018.
Adapun Rakornas akan berlangsung pada 7-9 Mei di Hotel Mekah yang diikuti peserta dari seluruh Indonesia.
Acara secara resmi dibuka oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Keistimewaan Aceh, M Jafar, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Amiruddin, Asisten Deputi Warisan Budaya pada Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Pamuji Lestari dan Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana yang ditemui media ini usai pembukaan mengatakan sudah saatnya Bangsa Indonesia memiliki Undang-Undang Tentang Permuseuman agar kekayaan warisan budaya tetap terjaga.
“Inilah perjuangan kita di asosiasi, saya melihat dalam pengelolaan warisan budaya kita, memang ada museum tapi ada konsep besar perlu kita pikirkan. Bangsa ini memiliki kekayaan warisan budaya, artefak dan benda bersejarah luar biasa, sudah saatnya bangsa ini memiliki UU tentang Permuseuman karena ini tidak terhingga.
Kalau tidak khawatir banyak kejadian, contoh ada kehilangan pencurian, itu banyak terjadi.Apa yang kita miliki dibawa keluar, nah ini tidak kembali lagi, memang tantangan, “ urainya.
Putu merasa miris dengan pengelolaan sejumlah museum yang ada, beberapa koleksinya tidak dipelihara dengan baik. Menurutnya benda warisan budaya nilanya tidak berhingga, Indonesia sebenarnya kaya raya jika dikelola dengan maksimal dan baik.
Langkah pertama yang akan dia perjuangkan yakni menyatukan visi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak agar UU Permuseuman segera bisa dirancang. “Tentu saya juga di Komisi X selama ini sudah berjuang agar terwujud, dan naskah akademik sudah dalam proses.
Tiba-tiba PAW ke DPR RI jadi bagus sekali. Dalam kondisi sekarang fungsi saya legislatif untuk membuat UU ini menjadi prioritas bagi saya. Dari Aceh hingga Papua, dan kita memiliki kekayaan. Dan museum ini jadi rumahnya kebudayaan, rumahnya peradaban.
Tidak boleh diabaikan atau justru ditinggalkan, karena bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarah, warisan budayanya dan keluhuran masa lalu, “ papar politisi Demokrat ini.
Menurutnya UU Permuseuman penting dibahas, hanya saja di DPR RI harus antri saat pembahasan undang-undang. Dia berharap nantinya ada Badan Permuseuman yang mengelola berbagai hal tentang museum, sehingga museum yang selama ini kurang menarik bisa dikemas marketing dan manajemennya menjadi lebih terkini.
“Jadi fungsi Badan Permuseuman mengatur semua. Meliputi kurangnya SDM, konservator, presevator, dan kebutuhan lainnya dengan badan ini semua terjawab. Nah belum lagi masalah kelembagaan. Belum lagi masalah anggaran yang kita lihat pada Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, belum mampu karena fokusnya terlalu banyak di pendidikan. Dirjen Kebudayaan, dirjen dengan eselon II belum mampu mengelola aset yang begitu besar. Nah harus ditingkatkan levelnya pada Badan Permuseuman yaitu setingkat kementerian, sehingga apa yang menjadi kekuatan bangsa ini terkelola dengan baik. Bayangkan aset sudah banyak tapi belum ada lembaga.
Padahal perpustakaan nasional ada, ekonomi kreatif ada jadi museum ini ada disitu salah satunya. Ini yang kita harapkan, “ demikian papar Putu.
Disamping itu menurutnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu didorong untuk melakukan gerakan-gerakan nasional, meliputi sosialisasi dan komunikasi untuk memasyarakatkan museum, dan yang lebih penting semua pihak berperan untuk kemajuan museum nasional.
Putu berharap UU Permuseuman bisa segera terwujud, walaupun saat ini masih pada tahap penyusunan bersama akademisi. Selain itu juga dia mengajak pihak terkait melihat urgensi pentingnya undang-undang tersebut dengan menyampaikannya kepada pemimpin nasional.
“Kasihan kalau sampai terbengkalai, ditinggalkan padahal potensinya sangat besar. Saya selalu menyuarakan ini, menggaungkan ini karena kenapa? Kekayaan kita yang terbesar hanya di museum, cagar budaya luar biasa.
Kalau tidak terkelola dengan baik apa tidak bersedih nanti kita kehilangan itu semua. Dan semua itu ada diluar, ujung-ujungnya kita melihat warisan budaya kita, sejarah kita, kemuliaan masa lalu itu di luar negeri, “ pungkasnya.
Soraya