Sehari Di Dayah Darul Munawwarah Ule Gle

Senin, 23 Juli 2018, Juli 23, 2018 WIB Last Updated 2018-07-23T10:46:08Z

Mendatangi Kuta Krueng, Ule Gle, tentu langsung mengingatkan setiap orang tentang seorang ulama karismatik yang berada disana, di Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya,  Tgk.H.Usman Kuta Krueng membuka sebuah dayah yang bernama Pesantren Munawwarah.

Disanalah Abu Kuta demikian sapaan para santri dan masyarakat kepada sosok ulama penuh karisma ini, mengabdikan hidup di jalan Allah, siang dan malam, pagi dan sore, bahkan hampir tiada waktu tersisa untuk kepentingan dirinya pribadi.

Mulai bangun di keremangan shubuh, Abu Kuta sudah ditunggu masyarakat yang membutuhkan pertolongan darinya, di pagi kelam sudah ada warga yang datang menunggu bertemu Abu Kuta dikediamannya desa Kuta Krueng, Ule Gle, berbagai keperluan pula menjadi kepentingan setiap orang untuk mendapat pertolongan dari Abu Kuta.

Demikian banyaknya keperluan hamba Allah terhadap Abu Kuta, terkadang membuat ulama yang sudah pada usia sepuh ini kehabisan waktu, terkadang disaat azan berkumandangpun masih berkerumun orang yang mengantri untuk diobati oleh Abu Kuta di beranda rumahnya.
Abu Kuta saat memberi pengajian


Tidak heran, terkadang Abu Kuta langsung bangkit dari tempat duduknya untuk shalat, baru kemudian melayani kembali tamu yang datang menyampaikan berbagai keperluan, mulai yang minta di obati, minta di doakan pada sebotol air mineral, sampai kepada persoalan rumah tangga dan kehidupan disampaikan pada Abu Kuta.

Sepadat itu kesibukan Abu Kuta setiap hari, membuat dirinya hampir-hampir kehilangan kesempatan memperhatikan kebutuhannya sendiri, seperti untuk makan secara rutin, demikian juga waktu istirahat ulama ini, tersita untuk keperluan warga yang datang dari berbagai tempat, seperti Banda Aceh, Lhokseumawe, Langsa, bahkan dari tempat yang lebih jauh, semua itu harus bertemu dengan Abu Kuta.

Belum lagi kesibukan Abu Kuta harus melayani setiap permintaan masyarakat untuk berbagai  keperluan diluar dayah, seperti peletakan batu pertama pembagunan mesjid, menyampaikan tausiah diberbagai tempat pengajian, juga undangan dari pejabat pemerintah kepada Abu Kuta, semua itu harus dipenuhi dan dihadiri oleh ulama ini.

Sepertinya tiada hari dan waktu bagi Abu Kuta untuk tidak berurusan dengan keperluan umat, kemanapun dia pergi selalu saja diikuti banyak orang, misalnya kekita Abu mendapat undangan untuk peletakan batu pertama pembangunan mesjid, Abu Kuta sudah diiringi sejak turun dari mobil, warga masyarakat setempat  tua dan muda terus saja mencium tangannya, sebagai tanda takzim kepada ulama ini.

Belum lagi kesibukan Abu Kuta memberi pengajian di dayah Munawwarah, mengajarkan para santri pesantren itu, mengupas berbagai kitab kuning, semua itu dilakukan Abu Kuta tanpa pernah terdengar dia mengeluh, keikhlasan dalam hidupnya untuk mengabdi di jalan Allah telah membuat Abu Kuta begitu ringan menjalani segala aktivitas.

Demikianlah sosok ulama Abu Kuta Krueng dari sebuah desa yang berjarak sekitar 5 kilo meter dari pusat pasar Ule Gle itu, mengabdi kepada masyarakat dengan berbagai cara, berbagai kegiatan, berbagai pula solusi yang dia berikan, diiringi doa Abu Kuta kepada setiap yang datang kepadanya, sebuah doa yang makbul dari seorang kekasih Allah, yang tidak pernah lepas dari mulutnya zikir kepada Illahi Rabbi.

tarmizi alhagu.

Komentar

Tampilkan

Terkini