Kreasi
Pelaminan Zaman Now Di Anjungan Abdya
Banda Aceh-Selama
berlangsungnya Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke -7 Anjungan Aceh Barat Daya
(Abdya) di Kompleks Taman Ratu Safiatuddin termasuk yang ramai disinggahi
pengunjung. Salah satu yang menjadi daya tarik utama adalah pelaminan yang di
dominasi warna kuning, diselingi merah dan hijau.
Saat
menaiki anjungan memasuki ruang utama langsung terlihat pelaminan khas Abdya dengan
ukuran lebih panjang, yang khusus dirancang sesuai dengan kreasi gaya pengantin
saat ini.
Kreasi
tersebut ternyata merupakan ide Ida Agustina yang tidak lain istri Bupati Abdya
yang berupaya menampilkan ikon Abdya berupa Padi Sigupai dengan menyesuaikan
kebutuhan pengantin saat ini. Ketika ditemui media ini pada Rabu (08/08) di Anjungan Abdya, Ketua Dekranasda/TP
Penggerak PKK Abdya, Ida Agustina dengan semangat menjelaskan motif unik berupa
padi pada pelaminan tersebut.
“Saya
angkat menjadi ikon Abdya, karena itu melambangkan kesejahteraan petani, dari
hasil tani yaitu kacang dan padi, makanya saya ambil menjadi motif. Seperti diketahui Padi Sigupai menjadi ikon
Aceh Barat Daya, saya angkat motifnya pada bagian pelaminan kreasi baru ini,
yang disesuaikan dengan pengantin zaman sekarang atau zaman now. Dengan
menambahkan bagian pelaminan bagian kiri dan kanan untuk orang tua mempelai. Kita
rancang ini tanpa menghilangkan adat pelaminan yang sudah ada dari Abdya, “
jelasnya.
Menurutnya
pengunjung sangat antusias melihat pelaminan dan banyak yang mengajaknya foto
bersama. “Saya lihat dari kemarin banyak pengunjung dari Banda Aceh maupun luar
Banda Aceh. Juga dari luar negeri seperti Brunei, Singapura dan Malaysia. Ada
mahasiswa dari Univeritas Malaysia yang mengajak foto bareng, kebetulan saya
ada di sini. Mereka tertarik dengan motifnya yang khas, “ sebut Ida.
Dia
berharap dengan acara PKA ini, supaya produk dari Abdya bisa terangkat ke depan,
dan bisa menjadi mata pencaharian masyarakatnya. Ditambahkannya agar generasi
muda masih terus mengenal adat dan budaya Abdya maka harus tetap dijaga.
Sementara
itu Ketua MAA Abdya Teuku Tjut Amri, memaparkan bahwa pemilihan warna kuning
penuh dengan sejarah dan makna. Menurutnya berawal dari pelaksanaan Syariat
Islam yang lebih dulu di daerah pesisir, dari zaman penjajah hingga zaman
Sultan Iskandar Muda lewat laut, yang meliputi ulama dari Pase hingga Persia.
“Dari
situ mengambil warna kuning melambangkan teuku raja dan said, hijau karena
penyebaran agma melalui ulama. Mereka saling bekerjasama menegakkan Syariat
Islam. Warna hijau melambangkan kesejukan karena daerah Abdya adalah pertanian,
padi sigupai kacang dan padi, “ urainya.
Soraya