Mengenal Sosok Saudagar Aceh Toke Ali Sinar Desa

Rabu, 02 Februari 2022, Februari 02, 2022 WIB Last Updated 2022-02-03T05:19:49Z

     Gambar Toke Ali yang diambil di sebuah spanduk di Mesjid Dheah Mamplam


Banda Aceh - Puluhan kapal ikan besar berbagai  ukuran berjejer sepanjang Krueng Aceh, beragam bentuk dan warna memenuhi sungai yang membelah kota Banda Aceh itu.  Diantara banyak kapal besar itu ada kapal berwarna hijau mendominasi.


Sebuah kapal penangkap ikan seperti  itu paling tidak membutuhkan biaya 750 juta Rupiah untuk membuatnya,  sampai menjadi satu unit lengkap dengan jaring penangkap dan berbagai peralatan lainnya,  terkadang ada kapal yang diproduksi mencapai harga 3 miliar Rupiah.

 

Kapal-kapal ini bisa membawa awak dari 15-30 orang menurut ukuran besarnya kapal, terkadang ada kapal besar dengan ukuran panjang hingga 30 meter, memiliki lebar 8-10 meter, ada ruang kemudi dan awak hingga berlantai tiga.



https://www.youtube.com/watch?v=0EIm5_W60tc&t=12s


Bisnis dibidang kelautan ini sungguh bukan pekerjaan main-main, perlu modal besar untuk mampu melayarkan bisnis dibidang perikanan tangkap,  meski membutuhkan modal besar, namun setiap hari ada ratusan kapal bersandar dipinggiran Krueng Aceh dan PPI Lampulo, silih berganti mereka datang dan pergi melaut.

 

Diantara ratusan kapal ini,  ada puluhan kapal memiliki warna dan model yang sama dari berbagai ukuran,  semuanya berwarna hijau, dimiliki oleh satu orang pemilik, konon menurut para nelayan pemiliknya seorang saudagar  kaya bernama Toke Ali.

 

Tidak ada sebuah kesepakatan diantara para nelayan berapa kapal sesungguhnya yang dimiliki oleh Toke Ali, ada yang mengatakan sekitar 50 unit, ada yang mengatakan 70 unit, ada yang mengatakan puluhan unit saja, tidak ada yang tahu pasti, semua menjadi sebuah misteri mengikuti kemisteriusan pemiliknya.

 

                                                                                    ://www.youtube.com/watch?v=X9QKn3zfNW8&t=1s


Bertahun-tahun saya ingin mewawancarai Toke Ali, namun tidak pernah kesampaian hingga dia menghembuskan nafas terakhir, lalu dikebumikan dikampung halamannnya Desa Dheah Mamplam, Kecamatan Leupung, Aceh Besar.

 

Meski  secara langsung saya tidak mengenal Toke Ali, namun saya mengenal dengan beberapa putranya, sejak Toke Ali masih hidup, saya  sudah ingin  membuat tulisan tentang  sosok saudagar Aceh  ini,  namun salah seorang putranya melarang saya menuliskan sosok ayahnya dengan sebuah alasan.

 

Toke Ali menurut  rekaman ingatan para nelayan,  adalah sosok laki-laki yang sangat bersahaja, memiliki perawakan kecil dan berkulit terang.  Dalam ingatan nelayan, sosok fenomenal ini sering hadir didalam pelelangan ikan di PPI Lampulo, dia mengendalikan sendiri transaksi ikan yang diturunkan  dari kapal-kapal miliknya.


Tidak banyak warga Banda Aceh yang mengenal secara dekat dengan Toke Ali,  dia tinggal disebuah rumah mewah di jalan Todak Desa Bandar Baru ( Lampriet), di perumahan yang dibangun Gubernur Aceh H. Ali Hasymi pada tahun 1957 untuk para pegawainya,  Toke Ali memiliki beberapa unit rumah dan kapling tanah, setidaknya itu yang pernah disampaikan seorang putranya kepada saya.

 

Saudagar kaya ini mencapai usia yang tergolong panjang hingga melebihi 80 tahun, beragam bisnis dia miliki, mulai dari perikanan, bisnis kayu, pom bensin, hingga toko material bangunan, berada dibawah payung perusahaan sinar desa,  mungkin juga masih banyak bisnis lainnya yang tidak sampai informasinya kepada saya.



Makam Toke Ali  Di Desa Dheah Mamplam

 


Toke Ali kini telah tiada, jasadnya terbaring didepan sebuah masjid yang dibangunnya di Desa Dheah Mamplam. Di sisinya dikuburkan jasad istri dan putranya yang meninggal berurutan dengan kepergian saudagar kaya itu.

 

“Untuk menghormati eksistensi dan perjuangan sosok Toke Ali sebagai seorang pengusaha sukses di Aceh, maka saya turunkan tulisan ini untuk para pembaca.”

 

Tarmizi Alhagu.

 

Komentar

Tampilkan

Terkini