Disperindag Aceh Fasilitasi Pelayanan Satu Pintu Untuk Eksportir Dan UMKM

Selasa, 31 Mei 2022, Mei 31, 2022 WIB Last Updated 2022-06-01T07:22:09Z




Banda Aceh - Menteri Perdagangan Indonesia meluncurkan platform pelayanan satu pintu (one stop service) fasilitasi ekspor non migas InaExport secara hibrida. Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, berharap pengusaha eksport Aceh harus mendaftar produk lokal untuk mempromosikan ke macan negara. 

 "Pengusaha ekspor Aceh harus memanfaatkan, InaExport. Sebab program ini legal yang diluncurkan oleh kementerian perdagangan Indonesia," katanya Kepala Disperindag Aceh, Ir Mohd Tanwier, Selasa, (31/5/2022). 

Dia menjelaskan paska peluncuran itu, jumlah pengusaha eksport Aceh yang telah mendaftar mencapai 200 pengusaha eksport berbagai komoditi lokal. Sementara yang telah mencukupi syarat dan administrasi mencapai 80 pengusaha eksport.

 " Saya harapkan pengusaha eksport Aceh yang belum melengkapi administrasi segera dilengkapi, agar untuk mempermudah eksport komuditi lokal ke dunia internasional," tegasnya. Selian itu kata Dia, InaExport akan berdampak positif terhadap pertumbuhan eksport komuditi lokal. 

Lantas semua pengusaha Aceh akan terdaftar ditingkat nasional maupun internasional, termasuk jenis barang yang akan di eksport keluar negeri. " Jadi kalau negera lain membutuhkan, hanya diklik saya melalui website yang telah disediakan oleh Kementerian Perdagangan," jelas Tanwier.

Disperindag Aceh mendukung program perencanaan menteri perdagangan Indonesia terkait Fasilitasi Eksportir UKM, Kemendag Luncurkan Platform Pelayanan Satu Pintu “InaExport”. "Namun program itu sangat bermanfaat untuk pengusaha lokal di Aceh untuk mempromosikan," pungkasnya. 

Peluncuran diluncurkan oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, di Bogor pada, Senin 11 April 2022, bertajuk Soft Launch InaExport. "Hal ini merupakan bentuk dorongan transformasi digital dengan mengikutsertakan pengusaha eksportir dalam platform perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce), acara daring, dan program pameran daring," katanya. Dia menyebutkan, 

Kementerian Perdagangan mengembangkan InaExport dengan tujuan menjadikannya sebagai platform pelayanan satu pintu (one stop service) fasilitasi ekspor nonmigas untuk menghubungkan dan mempromosikan pelaku usaha atau eksportir Indonesia ke buyer internasional. InaExport menawarkan keuntungan. 

 "Tidak hanya membantu penjualan dan penjualan, tapi juga pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk siap menghadapai pasar global,” urai Wamendag Jerry. Lebih lanjut, keuntungan bagi eksportir Indonesia dapat berupa informasi pelatihan dan informasi terbaru pameran dagang. 

Selain itu, juga para eksportir berpeluang besar untuk terdaftar dan ditemukan dengan mudah oleh buyer potensial di seluruh dunia. "Adapun keuntungan bagi buyer yaitu kemudahan mengakses katalog produk dari pemasok Indonesia yang terverifikasi, mengirim inkuiri atau permintaan pembelian hanya dengan satu klik," ungkapnya. 

Menurut Wamendag, InaExport berusaha memberi kemudahan pengkinian data secara efektif dan efisien. “Bersama dengan seluruh perwakilan perdagangan di luar negeri dan jaringan buyer, InaExport bertujuan mendukung kesinambungan bagi pertumbuhan bisnis dalam keadaan yang nyaman bagi kedua belah pihak,” Tambah Wamendag.

Wamendag mengungkapkan, hingga saat ini, sebanyak 11.650 pemasok terverifikasi, 6.121 produk, 534 informasi pasar, 27 kegiatan, dan 48 perwakilan internasional telah tercatat dalam sistem InaExport. 

Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah. Wamendag menambahkan, normal baru (new normal) menjadi momentum yang mengakselerasi ekonomi digital di Indonesia dan telah menunjukkan potensi yang cukup besar. "Konsumen digital meningkat dari sebelum pandemi 69,5 persen menjadi 79,7 persen pada 2021. Penjual digital juga semakin akrab dengan perkembangan teknologi," jelasnya. 

 Hal ini menunjukkan ekosistem ekonomi digital telah berada di jalur yang benar. “Kontribusi ekonomi digital pada 2021 mencapai Rp632 triliun atau 4 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Meski angkanya relatif kecil, pertumbuhannya sangat cepat,” tambah Wamendag. Sementara itu, 

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Didi Sumedi menjelaskan sejarah InaExport diawali adanya buyer reception desk (BRD) pada 1970-an. 

 "Para perwakilan perdagangan berupaya membawa buyer internasional untuk bertemu secara luring dengan pelaku usaha siap ekspor," paparnya lagi Lebih lanjut, pada 2013, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN mengembangkan sistem Customer Service Center Membership (CSC) Ditjen PEN. Awalnya, CSC menyediakan layanan daring dan luring bagi pelaku usaha untuk mendapatkan informasi ekspor. 





 “Seiring berjalannya waktu, permintaan layanan dan perbaikan CSC terus berlanjut. Dengan riset dan pengembangan, Kementerian Perdagangan mempersembahkan InaExport sebagai CSC versi daring dengan lebih terkini dan lebih baik. Lebih lanjut, InaExport dapat diakses di tautan inaexport.id,” ungkap Didi. 

Soft Launch InaExport dihadiri kurang lebih 100 undangan secara luring dan disaksikan sekitar 480 hadirin secara daring yg terdiri dari jajaran pimpinan Kemendag, pelaku usaha, perwakilan perdagangan di luar negeri, dan sejumlah perwakilan kedutaan besar di Indonesia. Tegasnya. [Pariwara]
Komentar

Tampilkan

Terkini