Teropong Bang Midi
Pemilu
2024 tinggal menghitung
hari lagi, para kontestan yang berkompetisi untuk mendapatkan kursi Legislatif,
juga bagaikan labi-labi lagi balapan, merebut sewa pada zaman tempo dulu.
Para tim sukses tak ketinggalan
meningkatkan berbagai upaya, memenangkan
calon yang mereka usung. Dari mulai cara yang wajar sampai cara yang melanggar
aturan hukum.
Merekapun sibuk mengumpulkan foto
copy KTP warga, mengiming-imingi pemberian uang, bahkan lengkap dengan paket
Caleg DPRK-DPRA-DPRRI. Dengan nilai
imingan Rp.300.000, sementara Caleg lainnya memilih pola mengantar beras satu karung ke rumah
warga.
Maraknya pembelian suara rakyat
dengan sogokan uang, beras dan kain sarung itu, tidak menyurutkan semangat
Caleg yang jujur, mereka tetap mematuhi aturan main Pemilu yang jujur dan adil.
Pemilu Legislatif adalah ajang
untuk memilih wakil rakyat. Artinya ajang demokrasi lima tahunan ini, digunakan rakyat untuk memilih wakil mereka
yang terbaik, kreatif, kredibel dan jujur, tentunya dengan asumsi para wakil
bakal mampu memberikan hasil terbaik untuk lima tahun kedepan.
Tetapi bila belum apa-apa sudah
main sogok, bagaimana kita yakin lima tahun ke depan, mereka akan memberikan karya yang terbaik. Apa
mereka tidak berusaha terlebih dulu, menutupi pundi-pundi keuangan, yang telah mereka keluarkan dulu.
Rakyat sudah pasti akan kembali
dalam keadaan terpuruk, kesejahteraan mereka diabaikan, oleh karya buruk
anggota Legislatif yang mereka pilih. Sementara oknum anggota Legislatif yang
terpilih itu terus mengoleksi Pajero Sport yang baru, menambah Fortuner untuk
keluarganya, dan berbagai koleksi kemewahan yang lain.
Munculnya Generasi Kaplat seperti ini membuat siapapun tidak berdaya. Pengawas Pemilu sepertinya belum menangkap tangan pelaku kecurangan, artinya
mereka bakal dengan mulus duduk ke kursi Legislatif, sesudah Penyelenggara Pemilu menetapkan nama Caleg
yang terpilih pada 14 Februari 2024 nanti.
Rakyat Aceh, seperti yang
sudah-sudah, kembali hanya bisa mengutuk, mengumpat, di warung-warung kopi, di Group-group
WhatSAap, perilaku buruk anggota Legislatif yang rakus, arogan dan berbagai
umpatan lainnya.
Kehidupan akan terus berlalu,
gedung dewan akan di isi oleh mereka yang datang dan pergi, demokrasi hanya
sebuah kamuflase yang diucapkan dengan indah di bibir, diperdengarkan dengan nyaring kepada
rakyat, bahwa kita adalah sebuah negara yang demokrasi.