Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama di Indonesia (bagian pertama dari tiga tulisan).

Jumat, 27 Juli 2018, Juli 27, 2018 WIB Last Updated 2018-07-28T09:23:38Z

Makam Sultan Malikullsaleh di desa Beringin-Geudong Pase


Kerajaan Samudera Pasai di Aceh Utara yang didirikan Meurah Silu pada tahun 1267 Masehi merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampong Geudong Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara.

Makam raja-raja masih terdapat di lokasi bekas pusat kerajaan Samudera di Desa Beringin Kecamatan Samudera 17 km sebelah timur kota Lhokseumawe. Diantara makam raja-raja terdapat makam Sultan Malik Al-Saleh sebagai nama baru Meurah Silu setelah beliau memeluk Islam dan merupakan Sultan Islam  pertama di Indonesia.

 Kerajaan Islam Samudera Pasai merupakan gabungan dari kerajaan Pase dan Peureulak dengan raja pertama Malik  Al-Saleh yang lebih dikenal dengan Malikussaleh.

Kapan sebenarnya Kerajaan Islam Samudera Pasai berdiri belum diketahui secara pasti. Para ahli sejarah juga belum memperoleh kesepakatan. Menurut penyelidikan beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana barat, sarjana Belanda antara Snock Hourgronye. JP Moquette, JL Mocus, J Hushoff, GP Rouffaer HKJ Cowan menyebutkan kerajaan Islam Samudera Pasai baru berdiri pada pertengahan abad XIII dan sebagai pendirinya Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tahun 1297 Masehi.

Seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan 17-20 Maret 1963 dan seminar masuk dan berkembangnya Islam di Daerah Istimerwa Aceh yang berlangsung di Banda Aceh 10-16 Juli 1978 diselengagarakan beberapa sejarawan dan cendakiawan Indonesia, diantaranya Prof Hamka, Prof A Hasjmy, H Aboe Bakar Atjeh, H Mohammad Said dan MD Mansoer telah menyampaikan beberapa pendapat dan dalil-dalil baru yang berbeda dengan pendapat sarjana Belanda.

Beberapa petunjuk dan sumber baru yang dikemukakan diantaranya keterangan para musafir Arab tentang Asia Tenggara dan dua naskah lokal yang ditemukan di Aceh yaitu “ Idahul Hak Fi Mamlakatil Peureula” karya Abu Ishak Al Makarany dan Tarich Raja-Raja Kerajaan Aceh. Mereka berkesimpulan kerajaan Islam Samudera Pasai sudah berdiri sejak abad ke-XI, tahun 433 Hijriah, atau 1042 Masehi.

Sebagai pendiri dan Sultan pertama kerajaan Samdera Pasai disebutkan Maharaja Mahmud Syah yang memerintah pada tahun 433-470 H atau bertepatan tahun 1042-1078 Masehi. Dasar peninggalan-peninggalan dan penemuan dari hasil penggalian yang dilakukan Dinas Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dapat diketahui lokasi kerajaan ini dikenal dengan nama Pasai. Sebuah daerah di pantai timur laut pulau Sumatera yang terletak antara daerah Peusangan dengan Krueng Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.

GP Rouffaer salah seorang saujana Belanda yang melakukan penyelidikan kerajaan Samdera Pasai menyatakan, Pasai mula-mula terletak di seblah kanan sungai Pasai, sedangkan Samdera berada sebelah kiri namun lama kelamaan Samdera dan Pasai menjadi satu disebut Kerajaan Samdera Pasai.

Dalam hikayat Raja-Raja Pasai meriwayatkan kerajaan Samudera Pasai letaknya di kawasan Selat Malaka pada jalur hubungan laut yang ramai antara dunia Arab, India dan Cina. Disebutkan kerajaan Samudera Pasai pada abad ke XIII sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di kawasan itu.

Nama Samudera Pasai sudah popular disebut-sebut oleh sumber Cina, Arab, Barat maupun sumber dalam negeri negara Kertagama (karya Mpu Prapanca, 1365 abad ke XIII dan XIV Masehi. Asal usul nama kerajaan ini ada beberapa pendapat. Menurut JL Moens, kata Pasai berasal dari istilah Parsi yang diucapkan menurut logat setempat dengan sebutan Pa’se.

Semenjak abad ke VII Masehi saudagar bangsa Arab dan Parsi sudah datang berdagang dan berkediaman di daerah yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Islam Samudera Pasai.

Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Prof Gabriel Ferrand dalam karyanya (L’Empire,1922) dan pendapat Prof Paul Wheatley (The Golden Khersonese,1961) yang didasarkan keterangan para musafir Arab tentang Asia Tenggara.  Kedua sarjana Belanda menyebutkan sejak abad ke VII Masehi pelabuhan-pelabuhan yang terkenal di Asia Tenggaraq pada masa itu telah ramai dikunjungi para pedagang dan musafir Arab.

Bahkan pada setiap kota dagang telah terdapat fondasi atau pemukiman dari pedagang-pedagang yang beragama Islam. Mohammad Said  seorang wartawan dan cendakiawan Indonesia yang berkecimpung dengan penelitiannya tentang kerajaan Islam Samdera Pasai dan kerajaan Aceh dalam prasarannya berjudul “ Mentjari Kepastian Tentang Daerah Mula dan Cara Masuknya Agama Islam ke Indonesia berkesimpulan istilah PO SE yang popular digunakan pada pertengahan abad ke-VIII M seperti terdapat dalam laporan-laporan Cina adalah indentik dengan Pase atau Pasai.

Hikayat Raja-Raja Pasai dalam sebuah Historigrafi Melayu tentang asal nama Kerajaan Samudera Pasai meriwayatkan banyak mengandung unsur Mythe, Legende, Gneologi dan sejarah didalamnya memberi  suatu keterangan yang berkaitan dengan totemisme menyebutkan, pada suatu hari Meurah Silu pergi berburu turut dibawa seekor anjing lalu menyalak diatas tanah tinggi itu. Dilihatnya ada seekor semut besar seperti kucing lalu ditangkap dan dimakan Meurah Silu.

Merah Silu meminta masyarakat meratakan tanah tinggi itu untuk dibangun istananya  duduk  dengan para hulubalang dan rakyatnya disana kemudian diberi nama Meurah Silu dengan nama Samudera artinya semut yang besar.

Hikayat Melayu dan hikayat Raja-Raja Pasai meriwayatkan, asal nama Paaai  berasal dari nama seekor anjing perburuan Meurah Silu bernama si Pasai. Ketika anjing itu mati Sultan menyuruh tanam si Pasai ditempat itu kemudian Sultan memberi nama anjing buruan si Pasai menjadi nama negeri Pasai.

Berpegang kepada sumber kedua hikayat yang mitologis maka nama Samudera berasal dari nama seekor semut besar dan nama Pasai berasal dari nama anjing piaraan Raja Meurah Silu yaitu si Pasai. Hal ini tentunya sangat menarik untuk diselidiki lebih lanjut sejauh mana terdapat hubungan antara totemisme dengan usaha pemberian keterangan tentang asal dan arti Kerajaan Islam Samudera Pasai. Lazimnya nama kerajaan di nusantara sebelum tahun 1500 M diambil dari nbama pohon, buah-buahan dan lain-lain.

Riwayat kedua hikayat juga menyebutkan Raja Samudera Pasai yang pertama sekali menganut Agama Islam Malik Al-Saleh. Pada nisan Sultan yang dibuat dari batu graniet tertera beliau wafat pada bulan Ramadhan tahun 595 H, bertepatan dengan 1297 M.

Dalam riwayat lain dalam hikayat Raja-Raja Pasai juga menyebutkan yang mengembangkan agama Islam pertama kali di Kerajaan Samdera Pasai mengislamkan Meurah Silu dan penduduk kerajaan oleh seorang ahabat Rasulullah SAW bernama Syarif Syeih Ismail sekitar abad pertama hijriah bertepatan dengan abad ke VII dan VIII Masehi yang datang langsung dari Mekkah.

Menurut riwayat, Raja pertama yang memeluk agama Islam di Kerajaan Samudera Pasai adalah Malikl Al-Saleh namun menurut catatan dan sumber M Junus Ismail menyebutkan pada awal bulan Zulakedah 610 H (1213 M) telah meninggal seor ang wazir di kerajaan Samudera Pasai,  Sultan Al Kamil bernama Maulana Qutubulma’ali Abdurrahman Al Pasi. Jika sumber itu benar berarti sebelum Malik Al-Saleh sudah terdapat Sultan yang memeluk agama Islam di kerajaan Samudera Pasai.

Sumber sejarah konkrit menyebutkan, Raja Samudera Pasai yang pertama adalah Malik Al Saleh yang wafat pada tahun 1297 M.

H.AR Djuli

Komentar

Tampilkan

Terkini