Meski Bahan Baku Melimpah Mata Pejabat dan Pengusaha Aceh Tertutup Untuk Industri Wol

Senin, 04 Agustus 2025, Agustus 04, 2025 WIB Last Updated 2025-08-07T08:22:38Z

https://youtu.be/bo8fX6X4EI0 

 

Gerombolan Domba Di Desa Neuheun Aceh Besar

 

Segerombolan domba berjalan beriring di jalanan Desa Neuhun, Aceh Besar. Hewan bertanduk itu sedang merumput di tepi jalan. Mereka tidak memperdulikan banyaknya orang yang melintas, berjalan dari timur ke arah barat untuk memungut rumput di tanah yang mulai mengering.

 

Jumlahnya mungkin belasan dengan berbagai warna bulu yang mereka miliki. Di Aceh hewan yang secara umum disebut domba itu, lebih populer dengan nama biri-biri, dipelihara untuk diambil dagingnya. Hewan ini tidak sepopuler kambing, sehingga harga dagingnya lebih murah.

 

Di Aceh orang lebih memilih memelihara kambing karena harga jualnya lebih tinggi. Bahkan di propinsi paling barat Indonesia itu, ada masakan khusus daging kambing yang populer dengan nama kuah beulangong. Rasanya nikmat sampai ke ujung syaraf dengan aroma kari yang khas.

 https://youtu.be/sdlfCKOUxpE

Domba Desa Ruyung Krung Raya


Domba memang kurang populer, tetapi masih ada juga yang mengosumsinya. Tetapi populasi domba di Aceh juga lumayan banyak. Sari desa Neheun, Ruyung, Beureuneut, hingga Lampanah. Di bagian utara Aceh Besar, domba terlihat berjalan di tepi jalan dan lahan kebun yang tidak berpagar.

 

Populasi hewan berbulu tebal itu juga bisa ditemukan di Kecamatan Kuta Baro, kawasan Ulee Kareng dan banyak tempat lainnya, terutama kawasan berhawa dingin dataran tinggi Gayo.

 

Bulu Domba Dibiarkan Terbuang.

 Link video

Bulu Domba Aceh Yang Eksotis


Bila disemua negara dibelahan dunia sangat memberi tempat untuk domba, tidak demikian di Aceh. Di Propinsi dengan masyarakat yang mengaku dirinya bangsa Teuleubeh, bulu domba tidak dijadikan sebagai sumber daya ekonomi. Dari pengusaha hingga pengelola pemerintahan di Aceh, tidak memiliki ilmu dan keahlian untuk mengolah bulu domba.

 

Di Propinsi ini warganya tidak peduli dengan kehadiran bulu domba. Dibiarkan kumal menempel ditubuh domba, penuh kotoran. Tidak pernah dibersihkan, hampir tidak pernah dimandikan, untuk menjaga keindahan bulunya.

 

Kondisi terbalik justru berbeda dengan negara lain, bulu domba dijadikan berbagai produk industri fashion. Dari mulai untuk bahan baku jaket musim dingin, hingga aksesoris sepatu wanita, mereka menjadikan bulu domba sebagai produk kain wol, yang kemudian mereka buat menjadi jas, celana, syal, penutup kepala, aksesoris tas, dompet, dan berbagai produk tekstil lainnya.

 

Aceh menjadi wilayah yang terlalu unik dan terlalu kolot. Di belahan bumi selatan,  untuk memproduksi wol saja, mereka tidak memiliki kemampuan, padahal bangsa Mongol dan Turki, yang mendiami Stepa Mongolia di Asia Tengah,  telah ribuan tahun memanfaatkan bulu domba, untuk membuat ambal atau permadani. Mereka juga merajut bulu domba, untuk berbaga keperluan pakaian hingga sepatu dan topi.

 

Bulu domba di Aceh hanya dianggap sampah, tidak berharga, yang dianggap angin lalu saja, oleh pemerintah dan pengusaha.  Para oknum pejabat yang membidangi perindustrian, justru lebih suka mengurus hal lain yang berbau proyek APBA, dengan anggaran yang di transfer dari pusat pemerintahan di Jakarta.

 https://youtu.be/SumP4nx9eiI

Pesona Bulu Domba Aceh


Padahal bila bulu domba, dijadikan bahan baku industri fashion, jutaan Dolar akan masuk, ke dalam kas pemerintah Aceh. Masyarakat bisa menikmatinya, berbagai bidang pekerjaan lain juga bisa tumbuh, seiring kehadiran industri tekstil. Setidaknya jasa angkutan, buruh pelabuhan, kebutuhan tenaga industri tekstil, untuk menjahit kain wol, menjadi produk fashion akan membangkitkan ekonomi Aceh.

 

Tetapi memang dasar para oknum pegawai, yang bekerja di pemerintahan, memang tidak memiliki keahlian. Hadir ke kantor hanya sebagai tenaga administrasi, atau kerani, membuat industri yang memiliki bahan baku, berlimpah di Aceh tidak mampu mereka olah, menjadi produk industri tekstil

 

Para pejabat dan pelaku usaha, lebih memilih bisnis di proyek-proyek pemerintah.  Sebagai kontraktor dan supplier, untuk menguras uang Aceh, yang seharusnya bisa dijadikan modal. Untuk menjadikan Aceh sebagai wilayah yang sejahtera, kehadiran PT. PEMA sebagai representasi pemerintah, untuk membangun usaha, juga tidak membuka mata untuk menghadirkan industri wol di Aceh.

  

Tarmizi Alhagu.

 

 

 

Komentar

Tampilkan

Terkini