Warung Nasi Gurih Jalan Jenderal Sudirman, Geuceu.
Banda Aceh - Usai shalat shubuh di mesjid Baiturrahim, Ulee Lheu, Banda Aceh seperti biasa, saya langsung melaju ke Warkop Cut Zein, Beurawe, atau Warkop Ayah Gadeng, Neusu.
Kedua Warkop ini punya menu yang cukup nikmat, tapi terjangkau kantong. Bila di Cut Zein, kopinya oke banget. Nasi gurih bungkus daun pisangnya juga super nikmat.
Warkop Ayah Gadeng juga punya sajian kopi dengan kenikmatan standar. Ada nasi gurih juga dengan harga terjangkau.
Pagi Minggu ini saya ingin selera berbeda. Maka sepeda motor saya pacu ke arah jalan Jenderal Sudirman, di teras sebuah rumah dekat RS Fakinah ada penjual nasi gurih.
Saya pesan sepiring nasi gurih dengan lauk ikan kantup, sejenis ikan warna merah yang sekujur tubuhnya penuh duri. Bila tak pandai membilahnya, duri ikan itu bisa masuk kerongkongan.
Bila itu terjadi, masalah besar untuk anda, karena begitu sulit nya mengeluarkan duri dari kerongkongan. Salah- salah operasi kecil menanti, untuk mengeluarkan duri ikan itu.
Minggu lalu saya juga pesan menu yang sama. Ikan kantup juga, harganya 15 ribu Rupiah. Sedikit lebih mahal dari warung nasi lain, yang mematok harga 12 ribu Rupiah.
Hari ini harganya naik lagi, 20 ribu Rupiah. Semula ibu kasir yang juga bertugas membuat minuman, menyebut harga 25 ribu Rupiah. Saya katakan hanya makan ikan kantup saja.
Dia pun bertanya pada pria yang menyediakan nasi untuk saya, apa yang saya makan ikan Rambeu? Ikan merah jawabnya, harga pun turun menjadi 20 ribu Rupiah.
Saya membayarnya dengan dua lembar 10 ribu Rupiah. Sambil berpikir kenapa mahal sekali makan ditempat ini, padahal cuma warung di teras rumah.
Bulan lalu saya juga makan di situ dengan menu ikan gembung goreng, harganya 18 ribu Rupiah. Sementara di warung lain cuma seharga 12-13 ribu Rupiah.
Getok harga tinggi, ditengah perekonomian yang sedang sulit. Memang membuat perasaan konsumen tidak enak, tetapi getok harga sering dilakukan Warkop dan Cafe di Banda Aceh.
Tarmizi Alhagu.