Kopi Cut Zein di Bibir Saira

Senin, 15 Oktober 2018, Oktober 15, 2018 WIB Last Updated 2018-10-15T10:23:11Z

tabloidkopi
Disebuah meja terlihat dua wanita kulit putih sedang menunggu pesanan, mereka baru saja tiba di Banda Aceh sehari sebelumnya, setelah menginap semalam di Kutaraja, keduanya ingin keliling kota, maka warung kopi Cut Zein dikawasan Beurawe jadilah sebagai tempat singgahan.
Kedua wanita asing itu berasal dari sebuah kota bernama Mannhelm,  German, nama mereka Saira dan Evelyn, berusia sekitar 30 tahun, parasnya juga  cantik dan manis, sangat energik,  seorang duduk menghadap ke dalam warung, seorang lagi bertubuh lebih langsing menghadap kesisi warung, pada meja depan yang bersandar kedinding pintu.
Saira dan Evelyn memesan dua cangkir kopi, mereka datang kesitu diantar seorang tukang beca yang fasih berbahasa Inggris, dalam tujuan wisata ke Pulau Sabang, dua wanita itu ingin menikmati dulu kehidupan kota Banda Aceh.
Pesanan tiba, Evelyn mencoba mencicipi, kopi ini keras katanya, bikin tambah semangat setelah meminumnya, kemudian dia meminta diberikan susu, sekaleng susu cair diantar pelayan ke meja, Sarah menungging kedalam gelas, dia mengaduknya, lalu mencicipi sesendok, kemudian wanita cantik itu mulai meneguk kopi bercampur susu itu, mungkin dia menginginkan layaknya  Capucino.

Di negeri saya, kata Saira, kopi dibuat terpisah, bubuk kopi yang telah diproses terpisah dengan gula dan susu, maka orang yang akan meminum kopi itu yang membuatnya sendiri, ujar Saira, disana kata dia ada berbagai jenis kopi yang diminum, harga satu cangkir 1,5 Euro hingga 3 Euro, “saya paling senang dengan kopi Arabica,” kata Sarah sambil meloloskan kopi Cut Zein  kekerongkongannya.

Kopi Aceh memang enak, kata Sarah setelah memuaskan bibir dan lidahnya menikmati kopi panas Cut Zein,  saya memang suka kopi dari negeri saya, di Medan juga sudah menikmati kopi, tapi kopi ini lain lagi enaknya, kata dia.

Di Kotanya, kata Saira, rata-rata orang suka minum kopi, hanya saja suasana mereka minum tidak seperti di Aceh, “disini orang minum ramai, disana hanya dengan keluarga saja,” selain kopi orang Eropa minum bir, kata wanita itu.

Dalam menikmati kopi, sarah ternyata punya cerita sendiri tentang kopi Luwak, dia pernah meminumnya di Bali, harganya 50 ribu rupiah secangkir, harga itu berbanding jauh dengan di Jerman yang mencapai 400-500 ribu rupiah secangkir.

“Hanya orang-orang kaya saja yang minum kopi Luwak di Jerman, saya sendiri tidak begitu suka minum kopi ini, karena dia berasal dari kotoran hewan, secara umum kopi Luwak belum populer disana.”

Saira dan Evelyn melanjutkan kembali minum kopi di warung Cut Zein, dia menghabiskan beberapa potong kue, Evelyn menawarkan saya ikut makan, saya menolak dengain halus, karena baru saja tadi menghabiskan sepiring nasi gurih.
Kedua wanita itu masih menikmati minumannya beberapa saat sebelum saya meninggalkan warung, jam sudah tertuju pada pukul 11:00 pagi, saya harus meninggalkan kedua wanita berparas cantik ini untuk melanjutkan pekerjaan.
Tarmizi Alhagu

Komentar

Tampilkan

Terkini