Sapi Berkeliaran Dalam Area Sawah Desa Lampanah.
Aceh Besar - Kemarau yang sudah berlangsung beberapa bulan, ternyata memberi nuansa berbeda untuk para petani Aceh. Seperti terlihat di desa Lampanah, Aceh Besar pada Minggu (21/9).
Warga desa Kemukiman Lampanah justru mengambil jalan berbeda, dengan petani di wilayah yang lain. Mereka tidak menanam padi, padahal hasil produksi padi di lokasi ini sangat baik, berasnya pulen dan bersih.
Petani Lampanah justru menjadikan sawah mereka sebagai lokasi gembala sapi, ratusan sapi dan kerbau terlihat di lahan sawah berpagar kawat duri. Hewan ternak itu bebas merumput memungut apapun yang tumbuh di sawah kering itu.
Sungai Krueng Masen Alami KekeringanDesa Lampanah memiliki ratusan Hektar sawah, terpisah di beberapa lokasi. Semua sawah mereka dipagar dengan kawat berduri. Bila petani sedang bersawah menanam padi, tidak ada hewan yang diperbolehkan masuk area persawahan. Pintu pagar ditutup sampai selesai masa panen.
Pagar sekeliling sawah itu menjadi penyelamat untuk padi yang di tanam, karena warga Lampanah juga beternak ribuan sapi, kerbau, kambing dan domba.
Lampanah sejatinya sebuah kemukiman dengan tiga desa di dalamnya, berada disisi paling utara Kabupaten Aceh Besar. Desa ini dikelilingi gunung di sebelah selatan, barat dan timur, sementara di sisi utara berbatas dengan Lautan Selat Malaka.
Kelapa juga menjadi andalan ekonomi Lampanah. Ada ratusan hektar kebun kelapa di desa ini. Bahkan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh juga memiliki kebun kelapa di sini.
Beberapa kebun mangga juga terlihat di Desa Lampanah. Mereka juga memiliki area pertambakan rakyat di sisi utara.
Potensi ekonomi Lampanah yang besar juga diikuti oleh keindahan alamnya, banyak warga Banda Aceh dan Pidie yang berkunjung. Meski jarak dari Banda Aceh mencapai 55 km, panorama pegunungan, sawah, sungai dan laut menjadi daya tarik untuk turis.
Sungai Beureuneut.
Potensi Wisata.
Berbagai panorama alam Desa Lampanah cukup memanjakan mata. Dari kejauhan kita bisa memandang puncak Gunung Seulawah. Di sisi selatan, di sisi barat ada banyak bukit memberi panorama yang tak kalah indahnya.
Panorama laut juga bisa dilihat dari puncak perbukitan Desa Beureuneut. Ada sebuah warung kecil di tebing bukit yang bisa memandang kelautan Selat Malaka. Di bawahnya ada jurang landai dengan berbagai pohon hutan.
Dengan tiga Desa Beureuneut, Lampanah dan Leungah, yang tergabung dalam Mukim Lampanah. Desa ini bisa dikembangkan menjadi desa wisata.
Perlu penambahan jenis tanaman holtikultura di desa ini. Setidaknya perlu ada kebun buah, seperti semangka, timun, pisang, bengkuang, dan sayuran seperti sawi, bawang, cabai, bayam yang dapat di beli pelancong untuk dibawa pulang.
Panorama Lampanah Dari Tebing Bukit Beureuneut
Menjadikan Lampanah sebagai village wisata, juga perlu mendatangkan para ahli pertanian, peternakan, perkebunan dan pariwisata. Kehadiran mereka untuk tinggal dan menetap di sini, bekerja membangun Lampanah.
Kehadiran banyak ahli akan mengubah Kemukiman Lampanah, layaknya desa pegunungan di Swiss dengan peternakan dombanya. Daripada membiarkan para ahli dengan disiplin ilmu pertanian, peternakan, perkebunan, pariwisata berada di kantor dinas Pemerintah Aceh, yang membuat mereka hanya sebagai tenaga administrasi. Dengan pekerjaan konsep surat dan tanda tangan, padahal mereka tenaga produksi yang sangat dibutuhkan di pedesaan.
Tarmizi Alhagu