Banda Aceh-Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Pemerintah Aceh dan Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah) mengadakan Seminar Internasional “Refleksi Arsip Tsunami
Samudera Hindia sebagai Memory of the World” pada Kamis, 5 Desember 2019 di
Hotel Hermes Palace, Banda Aceh.
Seminar
yang dilaksanakan dalam rangka peringatan peristiwa Tsunami Samudera Hindia yang terjadi 15 tahun lalu, dibuka
oleh Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala ANRI, Dr M Taufik. Serta dihadiri oleh
pimpinan tinggi berbagai insitutusi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), yang diwakili Staf Ahli Bidang Politik dan
Hukum Tin Zuraida, Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Syarif
Bando, pimpinan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pemerintah Aceh,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Ketua Komite Memory of the World Indonesia
Dr Mego Pinandito.
Seminar
internasional ini menghadirkan berbagai pembicara dari dalam, dan luar negeri
yang diawali oleh Keynote Speech dari Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal,
M Eng.
Sementara
itu, Ketua Panitia Dr Kandar MAP menyatakan seminar ini dilaksanakan dalam
rangka peringatan 15 tahun tsunami yang diikuti oleh 274 peserta dari berbagai
kalangan, baik birokrat, mahasiswa maupun masyarakat umum.
“Untuk
narasumber berasal Jepang, Pemerintah Aceh, BNPB, ANRI, dan Unsyiah dengan
Keynote Speaker Prof Dr Syamsul Rizal MEng, selaku Rektor Unsyiah. Selain seminar juga dilakukan penandatanganan MoU dengan pihak Unsyiah dan BNPB,
Peresmian Gudang ANRI, pameran, dan program Keluarga Tanggap Bencana (KATANA)
di pantai Jantang Lhoong Aceh Besar,” terangnya.
Seminar
tersebut menampilkan narasumber seperti, Drs iman Gunarto M Hum, Dr Mukhlis, T
Ahmad Dadek SH, Yoshimi Nishi Ph D, Dr Nazil Ph D dan Mubaezi Zahermann. Pada
kesempatan itu, juga dilaksanakan penandatangan naskah kerja sama antara ANRI
dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tentang Penanggulangan
Bencana dan Kearsipan.
Sementara,
ANRI juga melakukan penandatangan naskah kerja sama dengan Universitas Syiah
Kuala (Unsyiah), khususnya terkait dengan riset kebencanaan dan penyelenggaran
kearsipan di lingkungan perguruan tinggi. Kedua kerja sama dimaksud memiliki
kesamaan ruang lingkup yaitu pembentukan pusat studi arsip kebencanaan.
Plt
Kepala ANRI Dr M Taufik menjelaskan Arsip Tsunami Samudera Hindia telah diakui
oleh UNESCO melalui program Memory of the World pada 30 Oktober 2017. Arsip
tersebut merupakan rekaman tentang peristiwa bencana tsunami, proses mitigasi,
serta proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Arsip Tsunami
Samudera Hindia terdiri dari arsip tekstual sepanjang 9,3 KM Linier, arsip foto
sebanyak 500 lembar, arsip rekaman suara sebanyak 196 kaset, arsip video
magnetic sebanyak 13 kaset, serta arsip elektronik dalam bentuk CD/DVD sebanyak
1.230 keping. Pernominasian Arsip Tsunami Samudera Hindia dilakukan melalui nominasi
bersama (atau Joint Nomination) yang dilakukan oleh Indonesia dan Sri Lanka.
"Seminar bertujuan untuk mengingatkan (merefleksikan) kembali diakuinya Arsip Tsunami Samudera Hindia sebagai memori warisan dunia melalui registrasi di International MoW Register UNESCO pada tahun 2017. Pengakuan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mampu melestarikan warisan dokumenter, untuk kepentingan masyarakat dunia. Selain itu, seminar ini juga bertujuan untuk meningkatkan peran arsip tsunami Samuder Hindia sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat dunia dan pengambilan kebijakan pemerintah di bidang penanggulangan bencana, “ urainya.
Arsip
Tsunami Samudera Hindia merekam peristiwa tsunami maha dahsyat yang terjadi
pada 26 Desember 2004 dengan ketinggian gelombang mencapai 30 meter serta
menimbulkan kerusakan di berbagai negara seperti Indonesia, Sri Lanka, India,
Malaysia, Myanmar, Bangladesh, Thailand dan 12 negara lainnya serta menelan
korban mencapai kurang lebih 310.000 jiwa. Peristiwa ini juga menjadi salah
satu tonggak sejarah kebencanaan dunia yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di
sisi lain, Arsip Tsunami Samudera Hindia juga menggambarkan solidaritas antar bangsa
dari berbagai penjuru dunia yang saling bahu membahu dalam memberikan bantuan
kepada daerah-daerah yang terdampak bencana.
Selain
itu, Arsip Tsunami Samudera Hindia juga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
generasi saat ini dan di masa yang akan datang khususnya terkait dengan bidang
kebencanaan. Melalui arsip tersebut, diharapkan pula dapat dihasilkan berbagai
kebijakan strategis khususnya dalam bidang penanggulangan bencana.
Soraya/Rilis