Iklan

Dyah Erti Launching Aplikasi Simulasi Try Out "Meutuwah Nanggroe"

Sabtu, 20 Maret 2021, Maret 20, 2021 WIB Last Updated 2021-03-26T10:32:54Z



Ketua TP-PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, melaunching Aplikasi 'Meutuwah Nanggroe', di Lab Bahasa SMA Negeri 1 Kabupaten Bireuen, Sabtu (20/3/2021).







Bireun – Sebagai upaya mendukung peningkatan kompetensi dan mutu pendidikan Aceh, Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Dyah Erti Idawati melaunching Aplikasi ‘Meutuwah Nangroe’, di Lab Bahasa SMA Negeri 1 Kabupaten Bireun, Sabtu (20/3/2021).


Dyah berharap melalui aplikasi simulasi try out itu dapat memberikan manfaat serta kemudahan dalam proses pembelajaran online berbasis komputer dan android secara praktis bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA di Aceh. Untuk mewujudkan dan meningkatkan capaian siswa Aceh yang lolos dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) atau sekolah kedinasan.


Aplikasi simulasi try out mandiri bagi siswa-siswi Aceh itu merupakan hasil rancangan bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI), Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI), dan Teknos Aceh, yang berkolaborasi dengan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan.


“Aplikasi ini kita beri nama “Meutuwah Nanggroe’. Aplikasi ini merupakan karya guru-guru Aceh yang bernaung di bawah payung IGI dan JSDI,” kata Dyah.


Dyah mengatakan, aplikasi simulasi belajar yang diberi nama Meutuwah Nanggroe itu, dapat menjadi wadah bagi para siswa-siswi SMA/SMK/MA untuk melatih dan mempersiapkan serta menjadi tahapan mengukur kemampuan diri, sebelum menghadapi ujian ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan ujian Sekolah Kedinasan.


“Seperti kita tahu, potensi orang Aceh ini pintar-pintar, banyak orang Aceh jadi pejabat di Jakarta bagus dan smart. Melalui aplikasi ini bisa mensuport kepintaran orang Aceh, sehingga memiliki daya saing yang tinggi,” ujar Dyah.


Dyah mengungkapkan, Aceh merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki perguruan tinggi negeri (PTN). Namun, Dyah menyayangkan, akibat rendahnya kompetensi, membuat anak-anak Aceh susah menembus seleksi masuk PTN. Sehingga kuota PTN di Aceh justru didominasi oleh siswa dari luar Aceh.


Dyah menyebutkan, kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan dan harus ditangani bersama, “Ini bukan hanya PR Pemerintah Aceh, tapi juga semua pihak, kita harus bersatu padu bertekad meningkatkan mutu pendidikan supaya adik-adik kita bisa mendapatkan kesempatan yang lebih, dan bisa diterima di perguruan tinggi dan Insha Allah mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik pula,” katanya.


Selain itu, di kesempatan yang sama Dyah juga mengajak seluruh guru dan praktisi pendidikan untuk turut membantu pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan stunting melalui sekolah. Dengan memberi bekal pengetahuan dan keterampilan melakukan promosi gizi di sekolah. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung terwujudnya praktik gizi yang baik bagi anak didik.


“Cegah dari sekolah karena kalian juga akan menjadi orang tua kelak. Hingga mampu dicegah lebih dini dengan bekal pengetahuan,”ujar Dyah.


Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Alhudri, mengatakan, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan, memberi perhatian besar terhadap mutu pendidikan Aceh, hal itu terbukti dalam komitmen visi dan misi pemerintah yang dilaksanakan melalui program unggulan Aceh Carong.


Alhudri menyebutkan, untuk mendukung terwujudnya pembangunan di sektor pendidikan, Dinas Pendidikan Aceh, secara aktif bekerja sama dengan para pihak pemerhati dan pelaku Pendidikan dan melakukan penguatan untuk peningkatan kualitas guru dan peserta didik seluruh Aceh.


“Kegiatan ini adalah bukti keterlibatan para pihak pemerhati dan pelaku Pendidikan seperti TP PKK, IGI , JSDI, dan Teknos untuk memajukan Pendidikan kita. Nantinya diharapkan semua sekolah mampu menerapkan aplikasi ini sebagai wujud peningkatan layanan kualitas Pendidikan di seluruh Aceh,” kata Alhudri.


Ia menuturkan, dengan di launching Aplikasi Meutuwah Nanggroe di Kabupaten Bireuen, diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan di Aceh. Sehingga tidak hanya maju di daerah perkotaan saja tetapi merata ke seluruh Aceh. Sehingga tidak ada lagi diskriminasi layanan Pendidikan di Aceh.


“Harapan kedepannya semua sekolah memiliki kualitas yang sama dengan spesifikasi dan keunggulan masing-masing. Artinya tidak ada lagi sekolah favorit dan tidak favorit,” ujarnya.


Red

Komentar

Tampilkan

Terkini