https://youtu.be/WoXqjBLVXOY?t=7
Syakira adalah seorang gadis kecil berusia 10 tahun. Ia masih duduk dikelas IV sebuah Sekolah Dasar di desanya Ujong Batee, Aceh Besar. Suatu sore dara hitam manis ini membawa sebuah keranjang, sambil menggenggam 2 buah bungkusan kecil berwarna agak kuning kecoklatan.
Gadis itu mendekati setiap
meja di Solong Premium, sebuah warung kopi yang sangat populer di Banda Aceh. Pelanggannya datang dari berbagai kalangan, mulai pejabat pemerintah, Anggota
DPR-RI, para pengusaha, bahkan banyak aktivis sering mangkal ditempat ini.
Gadis kelas IV SD itu
menawarkan dagangan kepada saya, sebuah
bungkusan yang di dalamnya berisi buah salak yang sudah dicincang, dan sedikit
bumbu patarana. Saat melihatnya, seketika kenangan saya berputar ke puluhan tahun silam. Ketika saya membawa termos es
lilin berkeliling desa di Lhok Seumawe.
Syakira seusia saya ketika
saya menjajakan es lilin saat ada pertandingan bola kaki di Stadion Rawa Sakti Lhok Seumawe. Kini dia
menawarkan salak plik u kepada saya, rasanya sungguh nikmat dibarengi dengan bumbu
patarana.
Patarana adalah sejenis
bumbu yang biasa digunakan dalam campuran rujak. Terkadang dalam kondisi darurat ketika tidak
memiliki ikan atau lauk untuk dimakan, warga Aceh menjadikan patarana sebagai
pengganti sambal.
Patarana dalam bahasa Aceh
dinamakan Plik U, terbuat dari kelapa busuk yang dikukur dan dijemur. Setelah dijemur patarana dimasukkan ke dalam keranjang rotan berongga. Lalu patarana dijepit pada dua bilah balok, sampai keluar seluruh
minyak. Begitulah warga Aceh memproduksi minyak goreng dari kelapa secara tradisional.
Dari hasil produksi minyak goreng tadi tersisa ampas kelapa yang bernama patarana. Kemudian dijemur lagi sampai kering, barulah menjadi pliek u untuk digunakan dalam kuliner Aceh.
Syakira lalu pergi setelah menerima pembayaran Sepuluh Ribu Rupiah untuk dua bungkus salak pliek
u. Dia mengucapkan terimakasih kepada
saya. Saat dia berlalu, sayapun mendoakan semoga gadis kecil itu berhasil mencapai cita-citanya menjadi seorang guru.
Tarmizi
Alhagu.