Banda Aceh – Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Aceh terus mencari cara meningkatkan komoditi
eksport dari Aceh ke luar negeri. Kini melalui Balai Pengujian Sertifikasi Mutu
Barang (BPSMB) yang dikelola Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Disnas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Aceh di Banda Aceh mampu menguji mutu
barang komoditi ekspor unggulan Aceh yang kualitasnya diakui pengusaha rekan
bisnis internasional.
UPTD BPSMB adalah
laboratorium yang melakukan pengujian untuk komoditi-komoditi unggulan
Aceh, terutama untuk biji kopi, biji kakao, minyak atsiri (Nilam dan Pala). Dan
minyak sere wangi serta komoditi lainnya.
“ Empat komoditi unggulan Aceh
yaitu,biji kopi, biji kakao, minyak atsiri (Nilam dan pala), sudah
terakreditasi oleh Komisi Akreditasi Nasional (KAN). Artinya, pengujian
yang kita lakukan untuk empat komoditi itu sudah diakui oleh pihak
internasional,” katanya.
Hal ini diungkapkan Kepala UPTD
BPSMB Aceh melalui Kepala Seksi Pengujian, Manawar Choli, ST saat ditemui media
ini di kantornya di JL Banda Aceh – Medan, KM. 4,5, Menasah
Manyang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Kamis (11/08/2022).
Jadi artinya kalau ekportir mau
melakukan ekspor dan komoditinya mau diakui disana ( negera tujuan- red)
sebagai kualitas yang sesuai harus dilakukan pengujian.
“Nah laboratorium kita mampu melakukan
itu”, kata Manawar Choli.
Disebutkannya, untuk ekport
biji kopi, kakao, minyak nilam serta minyak pala. Salah satu persyaratannya
adalah hasil uji yang dilakukan oleh laboratorium yang sudah terakreditasi.
“Laboratorium kita ini , BPSMB Aceh sudah terakreditasi untuk empat komiditi itu”, ujarnya menambahkan.
Selain empat komoditi unggulan
Aceh yang sudah terakreditasi yaitu kopi, biji kakao, minyak atsiri ( nilam dan
pala), kata Munawar Kholil, BPSMB Aceh juga sudah bisa melakukan
pengujian terhadap produk-produk lainnya, seperti gabah, minyak sere, minyak
kenanga, namun belum terakreditasi.
Sedangkan komoditi lainnya
yang beredar dan sudah terakreditasi SNI untuk dua komoditi yaitu garam
dan tepung terigu.
“Untuk barang yang beredar di masyarakat kita
uji. Itu sadh terakreditasi juga garam dan tepung terigu ”, ujarnya.
Manawar Choli jebolan
Sarajana Teknik Industri UIN Yokyakarta ini menambahkan, sebenarnya
animo masyarakat memanfaatkan BPSMB Aceh tinggi namun tendala ketiadaan
pelabuhan ekport.
“Sebenarnya animo pengusaha
eksport tinggi, Cuma terkendala seperti ini. Kendalanya untuk melakukan ekspor
kan harus ada pelabuhan. Nah pelabuhan kita ini kan belum berfungsi
secara maksimal. Makanya pengusaha-pengusaha terpaksa melakukan eksport
melalui Medan, pelabuhan Belawan. Itu salah satu kendala, makanya animo untuk
menguji di BPSMB ini tidak begitu besar. Jadi mereka melakukan pengujian di
Medan yang lebih dekat ”, katanya.
Diakuinya banyak juga yang menguji
di BPSMB Aceh seperti baji kopi itu banyak, ekportir di Aceh. Namun
daikuinya kakao sudah hampir dua tahun tidak ada pengujian, ia mengajui
tidak tahu penyebabnya, apakah karena pekebun kakao sudah beralih ke usaha kebun
kelapa sawit, kata Manawar Kholil dalam nada tanya.
Ditanyakan tentang pendapat asli
Aceh (PAA) Manawar Choli mengatakan, “ Untuk saat ini, karena
terakeditasi baru empat komoditi dan selama ini pun kalau untuk minyak
atsiri permintaan sangat turun, jadi sekitar Rp. 50 jutaan dalam setahun”,
katanya. (ADV
Disperindag Aceh).