Kuala Simpang-Pemerintah Aceh memiliki pencapaian yang tinggi dalam pemberantasan buta aksara, pada tahun 2019 angka buta aksara hanya tinggal sekitar 1,75 persen lagi. mereka yang tidak mampu membaca ini pada umumnya tinggal diwilayah pedesaan.
“ Aceh tergolong cukup sukses memerangi buta aksara jika memakai ukuran nasional dalam pemberantasan masasalah ini. Meski demikian, upaya kita menghapus buta aksara akan terus ditingkatkan, agar dalam dua tahun ke depan Aceh bebas dari buta aksara,” ujar Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT.
Plt Gubernur mengatakan itu dalam sambutan tertulis yang dibacakan Bupati Aceh Tamiang, Mursil SH MKn, pada peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke 54 Tahun 2019 Tingkat Provinsi Aceh, Selasa (22/10/2019), di Tribun belakang Kantor Bupati Aceh Tamiang.
Untuk itu, katanya, perlu dukungan dari semua pihak dalam rangka memperkuat tekad melawan buta huruf di daerah ini, sehingga upaya kita mencerdaskan rakyat dapat terwujud.
“Dalam rangka memperkuat semangat melawan buta aksara itu, pada peringatan Hari Aksara Internasional tahun ini kita warnai dengan berbagai kegiatan ilmiah, termasuk pameran literasi serta sejumlah kegiatan yang kesemuanya berkaitan dengan semangat membaca dan belajar untuk kemajuan pendidikan Aceh,” katanya.
Ia berharap semoga saja kegiatan tersebut mendorong semua pihak untuk semakin peduli terhadap pendidikan Aceh, sehingga keistimewaan Aceh dalam bidang pendidikan benar-benar dapat dibuktikan.
“Hal ini sejalan dengan tema Hari Aksara Internasional 2019, yaitu Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan Pemberantasan Buta Aksara,” katanya lagi berharap.
Menurutnya, tema ini sengaja dipilih karena pihaknya menyadari bahwa peluang bagi seseorang untuk berkembang mutlak harus dibarengi kemampuan belajar. Maka itu, program wajib belajar harus diperkuat lagi.
“Sebab melalui sekolah, kita akan dapat memberantas buta aksara, sehingga anak-anak kita akan pandai baca tulis. Dua kemampuan itu merupakan modal dasar bagi setiap orang untuk mencapai cita-citanya,” tuturnya.
Dikatakan, Pemerintah Aceh pada dasarnya tidak hanya bertekad memberantas buta huruf di daerah ini, tapi juga ingin menjadikan generasi muda Aceh sebagai anak cerdas (Carong) agar mampu bersaing di tingkat nasional.
“Untuk mewujudkan impian itu, beberapa program telah kita siapkan, antara lain penguatan keterampilan bagi generasi muda melalui pendidikan vokasional, penyediaan fasilitas pendidikan dan pemberian keterampilan bagi peserta didik, pemerataan rasio dan kompetensi guru untuk semua bidang studi serta penyediaan bantuan pendidikan bagi anak yatim dan anak miskin mulai dari SD hingga perguruan tinggi dan pengiriman putra-putri terbaik Aceh untuk belajar di Universitas-Universitas yang bergengsi di dunia guna memberi kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa,” sebutnya memaparkan.
Pemerintah Aceh berharap Pemerintah Kabupaten/Kota juga mendukung semangat ini dengan mengalokasikan anggaran yang cukup bagi sektor pendidikan daerah. Selain itu, peran aktif warga terdidik juga dibutuhkan untuk penguatan sektor pendidikan ini.
“Dengan demikian, cita-cita kita membangun pendidikan Aceh yang berkualitas dan berdaya guna akan dapat terwujud. Kepada para guru dan pegiat pendidikan yang telah banyak membantu program Pemerintah dalam mengatasi buta aksara di daerah kita ini, saya ucapkan terimakasih,” pesannya.
Pihaknya juga menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang yang telah berkenan menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan Hari Aksara Internasional tingkat Provinsi Aceh tahun 2019. “Mari terus kita tingkatkan kerja sama, agar kita mampu memberantas buta huruf di Proivinsi Aceh ini,” tutupnya. [***]
Adventorial.