Banda Aceh - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas IV Aceh Besar Provinsi Aceh menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD) Sekolah Lapang Iklim (SLI) Kakao Sabang 2021 di Gedung TDMRC Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh pada Senin 27 Desember 2021.
Kegiatan yang digelar bekerjasama dengan Forum Kakao Aceh tersebut diikuti 42 peserta yang terdiri dari Perhimpi, Aceh Climate Change Initiative, Duta Petani Milenial, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, dan Forum Paguyuban dan Pemuda Aceh.
Serta juga produk cokelat Socolatte, Pengelola Coklat Kilometer Nol (Cokinol), CEO YAGI Natural, dan narasumber dari Dinas Pertanian dan Pangan Sabang, dan Dinas Perindustrian Perdagangan Sabang
FGD kali ini menghadirkan sejumlah narasumber, diantaranya Dr Saumi Syahreza S Si M Si dengan judul "Kebencanaan Sabang", Dr Taufan Hidayat S Si M Si dengan judul "Kaitan Iklim Terhadap Tanaman Kakao", Prof Dr Ir Rina Sriwati M Si dengan judul " Hama Penyakit Tanaman Kakao", Ir Teuku Iskandar dengan judul " Strategi Pembangunan dan Pengembangan Kakao di Aceh Kedepan", serta peneliti BPTP Aceh Dr Ir H Basri A Bakar M Si.
Dijumpai media Harian Moslem di sela-sela kegiatan FGD, Kepala Stasiun Klimatologi Aceh Besar Wahyudin SP MI Kom menjelaskan tujuan FGD yaitu untuk menggali permasalahan yang dihadapi sewaktu pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim, ide dan inovasi kegiatan SLI kedepan.
"Melakukan identifikasi dan kolaborasi dalam kegiatan SLI dengan berbagai pihak untuk mendapatkan output SLI yang semakin bagus, " ujarnya.
Ditambahkannya, dengan adanya FGD dapat mengumpulkan alumni yang umumnya petani cokelat di Sabang, sehingga bisa mengetahui kendala, dan keinginan kedepan karena masih berlanjut 3 tahun lagi.
"Programnya sudah berjalan 2 tahun, saat ini sudah mulai pemangkasan cabang pohon yang tidak produktif, dan saat dilakukan harus menyesuaikan dengan kondisi iklim, " sebutnya.
Kesesuaian iklim kakao sudah cocok di Indonesia, karena merupakan tanaman tropis, mungkin dari sisi hujan harian yang perlu diperhatikan, karena juga melihat perkembangan hama, lanjutnya.
"Untuk tanaman kakao yang sudah tua, ada teknologi sistem sambung untuk memperoleh bibit unggul. Ketika menyambung harus sesuai dengan kondisi iklim, " paparnya.
Diharapkan dengan FGD ini petani semakin peduli dengan kondisi iklim, ketika berkebun memerlukan info cuaca, sehingga tidak ada lagi jemuran yang kehujanan, dan akhirnya dapat mensejahterakan petani cokelat di Sabang.
Soraya