Pesona Abad Ke XVII pada Anjungan Kota Banda Aceh

Kamis, 09 November 2023, November 09, 2023 WIB Last Updated 2023-11-10T15:42:02Z
Kulit Manis Didalam Sebuah Wadah

 


Banda Aceh - Ceceran jerami berserakan di atas rak kayu di teras masuk Stand Kota Banda Aceh pada PKA-8. Kesan jorok dan kampungan  langsung menghinggapi, di atasnya terlihat bahan rempah berada di atas beberapa wadah.

 

Saya melihat kulit manis di dalam sebuah wadah tergeletak di atas jerami. Apa hubungannya antara kulit manis dengan jerami?  Pikiran itu membuat saya tergelitik, karena sungguh sangat kontras, antara jerami dan kulit manis sudah pasti beda lahan.

 

Kulit manis adalah bahan rempah yang sering digunakan dalam masakan tradisional Aceh, seperti masakan daging masak puteh. Biasanya ada kulit manis sebagai penyedapnya, masakan gulai ikan tongkol juga terkadang menggunakan kulit manis untuk penyedap.

 

Tanaman ini sangat populer di Aceh, selain sebagai penyedap, kulit manis juga menjadi bahan campuran beberapa obat herbal, untuk minuman seperti bandreks. Kulit manis merupakan bahan utama yang harus ada.

 

Bandreks adalah sejenis minuman yang disajikan hangat. Rasanya manis dan sedikit pedas, ada rasa jahe juga dalam minuman itu. Biasanya disajikan bersamaan dengan pisang goreng dan gorengan lainnya. Masyarakat Aceh mengkonsumsi minuman ini untuk menghilangkan rasa dingin pada tubuh, atau untuk mengeluarkan angin ketika tidak enak badan.

 

Begitulah kulit manis salah satu bahan rempah khas Aceh. Dibudidaya pada banyak kebun masyarakat, hampir tidak ada kebun yang di dalamnya tanpa pohon kulit manis. Karena pohon ini merupakan kebutuhan keseharian masyarakat, baik untuk penyedap makanan maupun obat herbal.

 

Ragam Rempah Diatas Jerami

Nah. Lalu itu,  jerami untuk apa ditumpuk berserakan di teras Stand Kota Banda Aceh. Untuk hal ini sungguh saya tidak punya jawaban, karena biasanya jerami ditumpuk di sawah seusai panen padi tiba. Di Kabupaten Pidie, jerami ditumpuk di dalam beurandang (gudang) yang diberikan untuk pakan sapi. Seringnya jerami itu berserakan di jalanan desa yang jatuh dari mulut sapi saat makan sambil berjalan.

  



Penjaga Stand

Melangkah sedikit ke dalam lewat sebuah pintu kaca, saya disambut pasangan muda dengan pakaian adat. Lelakinya memegang sebilah tombak,  saya kembali geli dengan keganjilan Stand Banda Aceh. Untuk apa tombak itu ? Mau digunakan untuk apa? Biasanya tombak digunakan warga pedesaan untuk memburu babi, lalu di Banda Aceh mau diburu apa?.

 

Mushaf Al Qur,an Koleksi
Tarmizi A Hamid

Makin kedalam sebuah lorong menghimpit pengunjung, di sisi kanannya ada sebuah Mushaf al Qur,an ditulis tangan. Diletakkan di dalam sebuah kotak kaca, kata petugas anjungan yang bernama Ariansyah. Mushaf itu milik seorang kolektor bernama Tarmizi Abdul Hamid, bahannya dari kertas Eropa, kata Arinsyah. Setelah saya teliti ternyata kertas itu berasal dari bahan Papier yang berasal dari Mesir.

  

Sebuah Mushaf lagi berada di ujung lorong, dalam peti kaca juga. Kedua koleksi Al Qur,an itu ditulis tangan pada abad ke XVII M. Pada sisi kiri beberapa  wadah rempah di susun berjejer jauh, sebuah pisau ikut dipamerkan dengan penjelasan untuk mengolah rempah.

 

Di ujung lorong tampak sebuah pajangan produk minyeuk pret, berbagai bahan rempah diletakkan di atas meja besar. Yang katanya bahan pembuatan parfum produk Aceh itu,  dua potong gaharu kecil ditaruh di atas sebuah wadah. Wanginya masih teras ketika saya mencoba cium.

 

Itulah panorama pameran Stand Kota Banda Aceh pada perayaan PKA-8 tahun 2023. Menampilkan berbagai produk kekinian sampai kepada bahan songket dan tas. Dan yang paling membuat kelucuan adalah si abang ganteng dengan tombaknya, mau tombak siapa Bang ?


(Adv)

Komentar

Tampilkan

Terkini