Ketua DPRK Banda Aceh Irwansyah
Banda Aceh- Banyaknya Tunawisma yang tidur-di halte dan berbagai
lokasi lain di dalam kota Banda Aceh, ditanggapi oleh Ketua DPRK Banda Aceh
Irwansyah, agar diketahui dahulu apa status kependudukannya, kata dia, Kamis, 30/10, di
Banda Aceh.
“Apakah benar warga Banda Aceh atau memang dari luar, yang
kemudian hijrah ke Banda Aceh, tapi
tidak permanen, jadi ini bukti yang harus kita telusuri, yang kedua peran
Dinsos yang harus dikuatkan bersama Satpol PP/WH.”
Jadi itu perlu dilacak, kata
Irwansyah, dilakukan pembinaan, kalau dia warga kota Banda Aceh, tentu ini haru
harus menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Banda Aceh, “jadi kalau di cek apa
kegiatan mereka?, apa yang bisa mereka
lakukan, dibekali dengan pelatihan atau modal usaha.”
Nah, ini peran Dinsos, nanti ada
juga Baitul Maal, “jadi yang pertama harus dipastikan, kejelasan status
kependudukan, yang kedua kalau memang warga Banda Aceh, yang harus bertanggung
jawab Dinsos, Satpol PP/WH, kemudian Baitul Maal.
![]() |
| Tuna wisma Tidur Di Halte Depan Kantir Pos Aceh |
Persoalan Tunawisma di Banda Aceh
terus berlangsun dari tahun ke tahun, siang hari mereka menggelandang dari satu
lokasi ke lokasi lainnya, malam hari tidur di Halte dan emperan pertokoan,
mereka mengalami berbagai persoalan, mulai dari faktor ekonomi tidak mampu
menyewa tempat tinggal, hingga gangguan ke jiwaan.
Para tunawisma itu sering
terlihat menggelandang di sekitar jalan Hasan Saleh, Neusu, jalan kearah Ule
Lheu, dan berbagai lokasi lain, bila malam hari mereka tidur di Halte didepan
Aspol Punge, Halte depan PWI Aceh.
Sebagian mereka mengalami
gangguan kejiwaan lalu ditelantarkan keluarga, berjalan sepanjang jalur kota,
berharap belas kasih warga kota yang memberi mereka makan, tetapi sampai kini
tunawisma itu masih berkeliaran, belum disentuh tanggung jawab Pemerintah Kota
Banda Aceh, untuk memuliakan status mereka.
Kondisi seperti itu diperburuk
dengan sikap warga kota Banda Aceh yang tidak peduli, bahkan oleh para hartawan
Banda Aceh yang tinggal di rumah mewah, membiarkan para tunawisma semakin kumal
dan bau.
Tarmizi Alhagu.
