Dayah Mahyal Ulum Al- Aziziah Cetak Generasi Santri

Senin, 16 Juli 2018, Juli 16, 2018 WIB Last Updated 2018-07-16T10:23:42Z
Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah

Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah memulai aktifitas tahun 2000 di Sibreh, Kabupaten Aceh Besar. Berawal dari 6 orang santri, terus berkiprah hingga kini tahun 2016 sudah ada sekitar 300 santriwan dan 100 orang santriwati.

Bahkan, kini bukan hanya belajar di Dayah tapi sudah ada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syari’ah (STIES) dengan  91 orang Mahasiswa dan SMK Komputer Jaringan dengan 37 orang siswa.
Pesanteren ini menerapkan sistem bekajar salafiah yang menganut aliran Ahlussunnah Waljamaah. terlahir dari gagasan dan keinginan pribadi seorang anak muda. Dia alumni Psantren MUDI Mesra  Samalanga.

Setelah belajar sebagai santri  di Psanteren MUDI MESRA Samalanga selama 15 tahun dan sebelumnya 15 tahun di Psantren di Lamno, Aceh Jaya, akhirnya Tgk.H.Faisal Ali bertekad  mendirikan Psanteren di Sibreh, Aceh Besar.

“Saya bercita-cita masyarakat harus bisa hidup dengan mengamalkan agamanya dan mengembangkan agama berdasarkan Ahlussunnah Waljama’ah”, kata Tgk.H. Faisal Ali kepada  Tabloid Moslem, dua hari lalu di Aceh Besar.

Pimpinan Pondok Psanteren Mahyal Ulum Al- Aziziyah yang kini juga sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama  (MPU) Aceh ini mengakui dia mendirikan lembaga Dayah itu atas inisiatif peribadi yang juga mendapat dukungan dari masyarakat Sibreh, Aceh Besar.

Pertimbangan H Faisal Ali yang akrab di sapa Abu Sibreh oleh murid-murid pengajian di Dayah dan Lem Faisal oleh rekan-rekannnya, membangun Psantren di Sibreh adalah pertama, ketika itu belum ada Psantren di Sibreh, kedua punya banyak teman wilayah timur Aceh dan tentu lebih mudah bisa bertemu, berkomunikasi, ketiga mendapat dukungan masyarakat Sibreh, meskipun, Sibreh bukan kampung kelahirannya.

Belajar  di Dayah menerapkan sistem salafiah beraliran Ahlussunnah Waljama’ah, seluruh siswa dan Mahasiswa selain belajar di sekolah dan kuliah wajib mengikuti pengajian sesuai program pengajian Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah. Ada tiga modul pokok menjadi fokus pembelajaran santri yaitu Fiqih, Tasauf dan tahfidz Al-Qur’an, kata H. Faisal Ali .

Menurutnya, untuk  lembaga STIES sudah memilki dosen tetap dan sekarang  enam orang dosen  sedang ikut program pendidikan tugas belajar di luar negeri dan dalam negeri.” Kita terus berusaha meningkatkan kualitas dosen, sekarang ada enam orang sedang tugas belajar ke Global Univessity di Beyrut, di Malaysia dan di Pulau Jawa. Sedangkan untuk guru-guru SKM kita bekerja sama dengan guru-guru yang berkualitas dari luar Dayah”, papar Faisal Ali.

Dikatakannya, kini Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syari’ah  sedang dalam proses menunggu turunnya akreditasi B yang sebelumnya sudah mendapat akreditasi C,” Kita menunggu turunnya status akreditasi B yang sudah diusul”, kata  tgk Faisal Ali yang menegaskan bahwa di Dayah lebih menciptakan  suasana kekeluargaan dengan hidup sederhana dan bersahaya.

Karena itu, ada kebijakan lembaga Dayah ini hanya menetapkan beban biaya kuliah per semester tiap mahasiswa Rp. 600 ribu, bahkan jika anak-anak keluarga kurang mampu dapat disubsidi 50 persen dan untuk  Mahasiswa  dan siswa  anak yatim biaya  sekolah SMK dan biaya kuliah  digratiskan. “Ini salah satu upaya kita  untuk membantu meringankan para santri kita”, kata H faisal yang juga Ketua PW NU Aceh ini. 
Para Santri Sedang Belajar

Sekretaris Dayah Mahyal Ulum Al Aziziyah, Tgk. Muslem kepada Tabloid Moslem, mengatakan, jumlah santri ada sekitar 385 orang, guru 35 orang dan dosen ada 12 orang.

“sekarang ada enam orang dosen sedang tugas bejar satu ke Sudan, satu ke UIN Bandung, satu ke UIN Malang dan tiga orang di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, semua mendapat bea siswa sebagai tugas belajar”, kata  Tgk. Muslem

Muslem menyebutkan, enam dosen itu diantaranya,  Muhammad, Syamsul Bahri, Tgk. Maimun,  Husni dan Hasamuddin. Sedangkan Tgk.H. Faisal Ali menambahkan bahwa selain belajar formal di dayah  juga ada pengajian rutin  untuk warga Gampong Sibreh setiap hari Jum’at sore dan dan TPA untuk anak-anak.

Kasmanuddin
Komentar

Tampilkan

Terkini