Dokter Ginjal Di Aceh Hanya 3 Orang

Sabtu, 20 Oktober 2018, Oktober 20, 2018 WIB Last Updated 2018-10-19T23:24:49Z

Banda Aceh-Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) bekerja sama dengan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan di Hermes Palace Hotel Banda Aceh, selama 3 hari pada 18-20 Oktober 2018.

Acara tersebut diikuti oleh 864 dokter spesialis ginjal, 1000 perawat, dan 2000 mitra farmasi dari seluruh Indonesia, dengan mendatangkan pakar penyakit ginjal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari luar negeri menghadirkan narasumber diantaranya seperti dr Alnn Parhanm dari Australia, dr Takashi Sato dari Jepang, dr Adrian Liew dari Singapura dan dr Lily Mushahar dari Malaysia.

Ditemui media Harian Moslem pada Jumat (19/10), Ketua Panitia Prof Dr dr Maimun Syukri Sp PD-KGH menjelaskan bahwa Pertemuan Ilmiah Tahunan merupakan kegiatan tahunan ahli ginjal seluruh Indonesia, dan tahun ini Aceh dipercaya menjadi tuan rumah. Peserta yang hadir pada acara ini adalah dokter, dan perawat yang berkecimpung dalam pelayanan penyakit ginjal, sebutnya.

Lebih lanjut, Maimun mengatakan acara terdiri dari workshop, kuliah umum, presentasi makalah ilmiah dalam bentuk oral, dan poster. Dokter sepesialis penyakit dalam ini juga mengatakan tujuan pertermuan untuk meningkatkan kompetensi perawat  dan dokter,  meningkatkan ilmu terkini tentang penyakit ginjal, layanan hemodialisis, dan cuci darah.

“Fokus pembahasan untuk meeningkatkan kualitas layanan hipertensi, dan penyakit ginjal serta dialisis. Kita mengajak tenaga dari daerah untuk ikut mendapatkan pengalaman, sharing pengalaman, dan ilmu dari pakar –pakar dibidangnya, “ ujar Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ini.

Harapannya jumlah tenaga kesehatan bagian ginjal bisa meningkat, sehingga tenaga kesehatan di daerah yang menemukan kendala saat melayani pasien cuci darah tidak harus konsultasi ke rumah sakit provinsi. “Hanya ada 3 orang ahli ginjal di Aceh dengan 5,2 juta penduduk Aceh, sangat-sangat minim untuk penyakit dalam yang mengurusi cuci darah, “ urainya.

Menurutnya masih sedikitnya jumlah ahli ginjal di Aceh tidak lepas dari dampak konflik yang dulu dialami Aceh. “Dulu sekolah harus keluar, kini Fakultas Kedokteran Unsyiah berusaha buka sekolah menjadi ahli ginjal. Akan dimulai Januari 2019, untuk mengantisipasi kebutuhan daerah dengan munculnya rumah sakit regional namun SDM masih kurang, maka tenaga dari daerah kita didik menjadi konsultan di Unsyiah, “ paparnya.

Soraya
Komentar

Tampilkan

Terkini

Seputar%20Nanggroe

+